Hidayatullah.com– Menghadapi masa depan Indonesia, sudah sepatutnya umat Islam, sebagai penduduk mayoritas negeri ini, terus menjalin dan meningkatkan persatuannya. Apalagi, dalam jangka pendek, menyongsong tahun politik 2018 dan 2019.
Berbagai ormas dan kelompok Islam diajak dan diserukan untuk bersatu sekaligus mengenyampingkan “egoisme” masing-masing.
Dalam rangka itu, perlu diwaspadai pihak-pihak yang ingin memecah belah dan mengadu domba sesama umat dan ormas-ormas Islam.
Pesan-pesan tersebut itu bukan hanya kerap dilontarkan para ulama, tapi juga umara. Demikian bisa terlihat pada perhelatan Tabligh Akbar bertema “Persatuan Umat untuk Indonesia” gelaran AQL Islamic Center di Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (03/02/2018) malam Ahad kemarin.
Baca: Tabligh Akbar UBN-UAS Dihadiri Gubernur Anies, Ulama, dan Ribuan Jamaah
Dalam tausiyahnya sebagai pembicara pertama, Ustadz Bachtiar Nasir (UBN), Pendiri AQL, menyampaikan sekilas sejarah berdirinya ormas Islam di Indonesia.
Diawali, kata Sekjen MIUMI ini, oleh lahirnya lembaga bentukan keturunan Arab di Nusantara sebelum masa kemerdekaan Indonesia, yaitu Jami’ah al-Khairiyah.
Lalu berdiri ormas dan lembaga lain seperti Sarikat Dagang Islam lalu Sarikat Islam. Lambat laun pergerakan Islam semakin luas. Lahir Muhammadiyah pada tahun 1912 dan Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926.
Kemudian Persatuan Ummat Islam (PUI) hasil fusi (penyatuan) dua organisasi besar, yaitu Perikatan Ummat Islam (PUI) dengan Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII). Hadir pula ormas-ormas Islam lain seperti Al-Irsyad, Mathla’ul Anwar, Persatuan Islam (Persis), dan lain sebagainya.
“Saya ceritakan itu agar ormas-ormas Islam tidak egois dengan ormas masing masing,” tutur UBN di depan ribuan jamaah tabligh akbar dari berbagai daerah dan pergerakan.
Baca: UAS Bertemu HRS di Saudi, Derry Sulaiman: Pesan Persatuan Umat
Menyambung itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dalam sambutannya pada acara itu, mengajak umat memperjuangkan persatuan.
Terkait itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mengatakan, selama ini sering terdengar pesan tentang “memperjuangkan kebinekaan”. Ia mengkritisi pesan tersebut.
Kebinekaan, kata Anies, bukan barang baru di Indonesia. Sejak dulu, Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa, sudah berbineka. Anies menilai, kalau ada yang mau memperjuangkan kebinekaan kesannya mau menambah kebinekaan.
“Yang perlu diperjuangkan persatuan dalam kebinekaan,” tegasnya dari atas panggung.
Persatuan memang perlu dijaga dan diperjuangkan. Senada dengan sang umara, ulama yang sedang naik daun, Ustadz Abdul Somad (UAS), juga menyerukan persatuan umat.
“Mari kita jaga persatuan ini,” serunya sebagai penceramah pamungkas pada tabligh akbar di halaman AQL Islamic Center itu.
Dai asal Pekanbaru, Riau, ini pun mewanti-wanti umat untuk mewaspadai perpecahan dan pihak-pihak yang ingin merusak persatuan umat. “Yang paling merusak apa dia? Fitnah,” terangnya.
Maka, ketika ada fitnah yang datang, umat dipesankan untuk melakukan tabayun. Termasuk jika ada fitnah terhadap para ulama.
Menurut UAS, rata-rata yang memfitnah dirinya selama ini adalah orang-orang yang gagal paham dan orang-orang yang hidupnya dari gagal paham.
UAS pun mengajak umat untuk menjaga persatuan dalam Islam, ukhuwah Islamiyah, serta persatuan dalam kemanusiaan dan kebangsaan.
“Kita jaga kesatuan ini. Belum lagi terbit matahari kita sudah diajarkan persatuan,” seru dai yang dikenal bergaya bahasa dengan sastra tinggi ini.
Hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh dari berbagai kalangan, termasuk dai asal Malang, Jawa Timur, Ustadz Abdullah Hadrami, Ketua Umum Wahdah Islamiyah Ustadz Zaitun Rasmin, dan Habib Ali Baagil.*