Hidayatullah.com—Bagaimana rasanya gelap gulita sepanjang hari? Mungkin itu yang akan dirasakan warga Jalur Gaza, Palestina. Lebih dari dua juta orang Palestina di Jalur Gaza akan menerima listrik enam jam sehari, sejak Senin.
Jika sebelumnya, mereka hanya menerima listrik kurang dari empat jam setiap hari, kini mereka hanya mendapatkan pasokan listrik hanya enam jam setiap malam.
“Hidup makin hari makin sulit di Gaza. Makanan semakin sulit, air tak bisa keluar dari keran, tak ada jaminan keamanan, tidak ada pendidikan, tidak ada fasilitas kesehatan layak. Hampir mustahil ada kemungkinan melintasi batas, keluar dari Gaza,” kata Mohamed Nofal, warga Gaza Jabaliya, sebagaimana dilansir Middle East Eye.
Sementara di luar Gaza diblokade Zionis, nyala lampu kota-kota lain begitu gemerlap. Sudah bertahun-tahun terakhir, hanya ada suplai listrik tidak lebih dari 50 megawatt sehari yang dikonsumsi untuk lebih dari 2 juta penduduk Gaza.
Baca: Mesir Tawarkan Listrik Gaza sebagai Imbalan atas Koordinasi Keamanan
Sejak April 2017, penjajah Israel memotong pasokan listrik ke Gaza setelah Pemerintah Otoritas Palestina menolak membayar tagihan listrik sebesar 2 juta dolar Amerika Serikat setiap bulannya. Akibatnya Israel memotong aliran listrik dan warga Gaza hanya bisa menikmati listrik selama tiga hingga empat jam setiap harinya.
Langkah ini dimaksudkan untuk menekan Hamas –kelompok pejuang yang ditakuti Israel yang menguasai wilayah itu– telah berdampak kepada sekolah, pabrik, rumah sakit dan rumah tangga.
Setelah Otoritas Palestina yang didukung AS dan Israel setuju membayarkan kembali tagihan, aliran listrik ke Gaza ditambah sebesar 50 megawatt, padahal sebelum pengurangan daya yang dialirkan adalah 120 megawatt. Hal ini membuat warga Gaza tidak bisa menikmati listrik sehari penuh. Tambahan daya itu diperkirakan hanya membuat Gaza teraliri listrik selama enam jam, tulis Reuters.
Baca: Cari Solusi Krisis Listrik, Delegasi Energi Turki Kunjungi Gaza
Menteri Energi Israel Yuval Steinitz menyebutkan penambahan daya yang dikurangi sejak delapan bulan lalu mulai efektif pada Senin (08/01/2018) waktu Gaza kemarin.
Ekonom Gaza mengatakan bahwa kembalinya energi dari Israel, yang merupakan pemasok utama listrik provinsi, akan meningkatkan transmisi listrik hingga enam jam.
Sebagaimana diketahui, pembangkit listrik tunggal Gaza hanya menghasilkan sejumlah kecil listrik, berakibat mempengaruhi banyak sendi kehidupan.*