“SUDAHKAH ANDA SHOLAT.”
Demikian tulisan berhuruf kapital pada sebuah plat besi kecil di pinggir jalan. Tulisan ini dipasang di dekat gerbang masuk Masjid Hidayatullah. Meski sedang ada pandemi, tulisan yang memang sudah bertahun-tahun terpasang ini dibiarkan tetap di situ.
Tulisan itu seakan mengingatkan umat Islam untuk tetap shalat apapun yang terjadi.
Jamak diketahui, di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir, banyak masjid yang tutup atau tidak menggelar shalat berjamaah untuk umum. Tapi, masih banyak pula masjid yang tetap menggelar shalat berjamaah setiap lima waktu shalat. Termasuk di Masjid Hidayatullah ini.
Menariknya, masjid yang bisa menampung berpuluh-puluh jamaah ini menerapkan protokoler kesehatan yang cukup ketat dalam upaya mencegah penyebaran virus corona.
Masjid ini terletak di RT 3, RW 5, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta. Sejak diberlakukan pembatasan sosial akibat wabah Covid-19 beberapa bulan lalu, masjid yang terletak persis di pinggir Jalan Otista Raya ini tetap menggelar shalat berjamaah.
Demi mencegah penyebaran virus, pihak masjid bekerja sama dengan warga sekitar memberlakukan protokol kesehatan. Antara lain, setiap jamaah yang akan masuk masjid, harus diperiksa suhu tubuhnya. Untuk diketahui, masjid ini berada di samping gang masuk menuju pemukiman warga setempat. Gang ini juga sekaligus salah satu akses masuk ke masjid. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan kepada setiap orang yang masuk gang kecil itu, baik yang hendak ke masjid maupun tidak.
Saat awak hidayatullah.com mau masuk ke masjid tersebut, seorang relawan langsung “mencegat” dengan halus, lalu memeriksa suhu tubuh kami. Angka 36 sekian tertera pada layar alat berbentuk pistol itu. Kami pun dipersilakan untuk masuk masjid. Katanya, kalau suhu tubuh jamaah terdeteksi 38 derajat celsius atau lebih, maka tidak diperkenankan masuk masjid.
Dilakukan pula pembatasan kapasitas jamaah masjid, dimana posisi shalat para jamaah dipisahkan dengan jarak sekitar 1 meter (physical distancing). Pantauan hidayatullah.com, Rabu (04/06/2020), di bagian dalam masjid dipasang tanda silang dengan isolasi hitam pada beberapa titik.
Hari itu, shalat maghrib digelar dalam waktu yang relatif tidak lama. Tampak sejumlah jamaah mengikuti shalat, mulai anak-anak hingga orang tua, mengenakan masker serta membawa sajadah masing-masing.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Hidayatullah, Mardiono, mengatakan, dalam menerapkan protokol kesehatan tersebut, pihaknya bekerja sama dengan warga sekitar. Mereka membentuk tim khusus yang dinamakan Relawan 78, angka ini merujuk nomor bangunan masjid itu di Jl Otista Raya nomor 78.
Menurutnya, total jumlah relawan Covid-19 itu sebanyak 28 orang. “Setiap hari 10 orang (berjaga). Masyarakat sini bergantian,” ujar Mardiono kepada hidayatullah.com bakda shalat maghrib di masjid itu.
Para relawan cegah Covid-19 tersebut bersiaga setiap hari, sejak subuh hingga malam hari. Bahkan katanya kadang hingga jam 12 malam. Sebab, selain untuk jamaah masjid, para relawan juga mengawasi warga yang hendak masuk ke pemukiman.
Mardiono menuturkan bahwa pada Ramadhan 1441H/2020M lalu, pihak masjid tidak menggelar shalat tarawih berjamaah, meskipun shalat fardhu berjamaah tetap digelar.
“Tarawih enggak diadakan,” ujarnya. Namun demikian, selepas bakda isya, jamaah ada yang memilih melaksanakan tarawih secara pribadi-pribadi.
Pada Hari Raya kemarin, Mardiono mengaku juga ingin masjid menggelar shalat Idul Fitri. Namun, berdasarkan hasil rapat dengan pihak pengurus RT setempat, diputuskan bahwa shalat id tidak diadakan.
Ia pun menerima keputusan itu, seraya menyebut sejumlah masjid lain di Jakarta Timur tetap menggelar shalat Idul Fitri dan shalat Jumat.
Selama pandemi, katanya, shalat Jumat tidak digelar di Masjid Hidayatullah. “Kalau Jumatan sudah 10 kali (libur),” sebut Mardiono yang sudah tiga tahun diamanahi sebagai Ketua DKM Hidayatullah itu.
“Insya Allah (itu Jumat) perdana (saat pandemi),” ujarnya, yang menyebut bahwa selama pandemi, jumlah jamaah masjid berkurang.
Ia mengakui bahwa protokol kesehatan yang diterapkan masjid, bersinergi dengan warga masyarakat sekitar, menunjukkan bahwa masjid turut berperan dalam mencegah penyebaran virus tipe baru asal China itu.
“Kita harus fleksibel, jadi enggak kaku dalam hal (menghadapi pandemi) ini,” ujar pria yang tampak ramah ini dalam wawancara yang dilakukan dengan tetap menjaga jarak, menggunakan masker, dan tanpa berjabat tangan tersebut. Untuk diketahui, meskipun ada kesamaan nama, masjid ini dikelola masyarakat sekitar bukan di bawah ormas Hidayatullah.* (Muh. Abdus Syakur)