Hidayatullah.com | MASUK Surga adalah impian setiap orang beriman. Karena di dalamnya terdapat beraneka macam kenikmatan. Kenikmatan yang paling tinggi nilainya ialah memandang wajah Allah swt.
Selain ingin mendapatkan berbagai macam kenikmatan, seorang yang telah berumah tangga mereka ingin bersama-sama dengan keluarga masuk Surga bersama. Seorang suami ingin bersama istrinya di dunia dan akhirat dan seorang istripun demikian.
Di dalam Al-Quran Allah swt menceritakan bahwa kelak di akhirat setiap keluarga akan bersama-sama anak keturunan di dalam Surga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَا تَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِ يْمَا نٍ اَلْحَـقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَاۤ اَلَـتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ ۗ كُلُّ امْرِ یءٍ بِۢمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ
“Artinya: Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam Surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS: At-Tur 52: Ayat 21).
Ibnu Katsir (w 774 H) berkata: Orang beriman akan bersama-sama ahli keluarganya di Surga kelak. Agar bisa mewujudkan bersama ahli keluarga di Surga maka mestilah memenuhi syarat-syarat berikut ini.
Beriman
Beriman kepada Allah swt merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan masuk Surga bersama suami. Seorang tidak mungkin bersama-sama di suatu tempat bila status berbeda.
Allah swt menceritakan di dalam Al-Quran tiga sepasang suami istri tidak akan bersama di Surga kelak, dua dari kalangan para nabi mereka adalah Nabi Nuh as dengan istrinya dan satu lagi Asiah dengan suaminya Fir’aun. Walaupun mereka pernah bersama-sama menjalani kehidupan di dunia ini namun di akhirat kelak tidak demikian.
Nabi Nuh as dan Luth as masuk Surga sementara istrinya masuk Neraka dan Asiah masuk Surga sementara suaminya fir’aun masuk Neraka.
Kisah Nabi Nuh as dan Nabi as bersama istri-istrinya mereka yang telah berkhianat dan meninggalkan agama mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّـلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَاَ تَ نُوْحٍ وَّ امْرَاَ تَ لُوْطٍ ۗ كَا نَـتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَا دِنَا صَا لِحَـيْنِ فَخَا نَتٰهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـئًاوَّقِيْلَ ادْخُلَا النَّا رَ مَعَ الدّٰخِلِيْنَ
“Artinya: Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh, dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (QS. At-Tahrim 66: Ayat 10).
Dalam ayat yang sama Allah swt pula ceritakan kisah Asiah wanita yang beriman agar dibangunkan untuknya sebuah rumah di Surga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّـلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا امْرَاَ تَ فِرْعَوْنَ ۘ اِذْ قَا لَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَـنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
“Artinya: Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun, ketika dia berkata, Ya Tuhanku, bangunkan lah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS: At-Tahrim 66: Ayat 11)
Dengan perumpamaan dua kisah di atas dapat dipetik hikmahnya bahwa jika ingin bersama-sama pasangan (suami/istri) di dunia dan akhirat maka iman adalah syarat utamanya. Karena ia ibarat sebuah kode sandi yang apabila tidak sama maka kode itu akan terkunci selamanya.
Amal Ibadah
Syarat kedua ini tidak boleh dipisah dari keimanan. Seseorang yang sering meringankan beban orang lain tidak dinilai pahala apabila tidak didasari keimanan. Suatu kekeliruan bila seseorang mengatakan, “ Yang penting berbuat kebajikan, menganai apa agamanya bukan soal”.
Ketahuilah bahwa iman dan amal ibarat mata uang yang tidak boleh dipisah. Karena bila dipisah ia tidak akan sempurnah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ الْجَـنَّةِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
“Artinya: Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni Surga. Mereka kekal di dalamnya.” (QS: Al-Baqarah 2: Ayat 82).
Jika kedua-kudanya ini sejalan maka masuk Surga bersama pasangan hidup akan mudah diwujudkan.
Kenapa kita katakan akan mudah diwujudkan? Karena dua syarat itu terpenuhi dengan baik. Tapi di samping itu muncul pertanyaan lain. Jika masuk Surga, apakah Surga sama?
Suami-istri yang telah masuk Surga belum tentu mereka satu ruangan di dalam Surga. Bisa jadi sang suami berada di Surga yang lebih tinggi atau sebaliknya. Untuk mewujudkan agar berada di Surga yang sama maka suami-istri harus melakukan amal ibadah yang sama.
Bagaimana agar amal seimbang?
Di antara cara agar amal ibadah seimbang ialah suami-istri bersama-sama melakukan suatu amal shaleh. Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَاللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Artinya: Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: Allah akan merahmati seseorang yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan isterinya, apabila isterinya menolak, dia akan memercikkan air ke mukanya, dan Allah akan merahmati seorang isteri yang bangun malam lalu shalat, kemudian dia membangunkan suaminya, apabila suaminya enggan, maka isterinya akan memercikkan air ke muka suaminya.” (HR: Abu Daud). (Bersambung) >>>