Sambungan artikel PETAMA
Keberkahan Etika dan Budaya
Bulan Ramadhan juga memberikan keberkahan dalam etika dan budaya kita. Ibarat sebuah madrasah (sekolah), Ramadhan mendidik kita untuk berperilaku yang mulia dan membiasakan diri melakukan kebaikan. Dengan kebiasaan ini, diharapkan lahir suatu budaya yang islami yang selalu berorientasi dalam mendatangkan kemaslahatan dan menghilangkan kemudharatan, baik dalam konteks pribadi maupun dalam konteks sosial. Dia melatih kesabaran kita dalam menjalankan ketaatan baik dalam puasa, shalat tarawih, membaca Al-Quran, berinfaq dan sebagainya. Ramadhan juga mengajarkan kita kedisplinan dan komitmen (iltizam) dalam menjalankan suatu perintah dan kewajiban.
Selain itu, Ramadhan mengajarkan kita untuk komitmen dalam menjauhi larangan-larangan puasa. Pada waktu puasa, kita dilarang melakukan hal-hal yang halal hukumnya sebelumnya seperti makan, minum dan jima’. Terlebih lagi melakukan perbuatan yang diharamkan seperti mencuri, korupsi, memukul, berkhalwat, berzina, memamerkan aurat dan sebagainya, atau mengucapkan perkataan yang diharamkan seperti ghibah (gossip), mencaci maki, menghina, provokasi, intimidasi dan sebagainya. Selama tiga puluh hari berturut-turut seorang muslim ditempa dan dilatih lahir batinnya, agar menjadi seorang insan yang bertakwa. Keshalihan yang diharapkan pada bulan Ramadhan tidak sebatas keshalihan pribadi, namun juga keshalihan sosial. Akhirnya, muncul budaya jujur, amanah, suka menolong, sabar, menghormati, dan sebagainya.
Keberkahan Ibadah dan Pahala
Bulan Ramadhan merupakan bulan maghfirah. Allah Subhanahu Wata’ala menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa dan kesalahan kita selama kita menjauhi dosa besar. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: ”Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa diantara (masa itu) jika dijauhi dosa besar”.(H.R. Muslim). Diantara aktifitas ibadah di bulan Ramadhan yang dapat menghapuskan dosa adalah puasa Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam: ”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah Swt), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R. Bukhari & Muslim). Begitu juga Mendirikan tarawih atau qiyamul lail pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sabda: ”Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan qiyam ramadhan (shalat malam) dengan iman dan mengharap pahala (dari Allah Swt), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Bukhari & Muslim).
Selain itu, bulan Ramadhan merupakan bulan menuai pahala. Setiap ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahala dan ganjarannya. Melakukan ibadah sunnah pada bulan ini pahalanya senilai dengan ibadah wajib pada bulan lainnya. Begitu pula ibadah wajib, pahalanya senilai tujuh puluh kali lipat pahala ibadah wajib pada bulan lainnya.
Baca: Ainun Jalut; Meruntuhkan Mitos Kedigdayaan Tartar di Bulan Ramadhan
Banyak sekali aktivitas ibadah yang dapat kita lakukan dibulan Ramadhan, namun puncak dari itu semua adalah ibadah shaum (puasa). Karena puasa pada bulan Ramadhan dapat mengantarkan seseorang untuk meraih derajat takwa (Q.S. Al-Baqarah: 183). Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: ”Setiap amal yang dilakukan oleh anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Swt berfirman: Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. Karena sesungguhnya ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku (H.R Muslim).
Sangat disayangkan bila Ramadhan yang dijuluki sayyid asy-syuhur (penghulu segala bulan) -karena memiliki sederet keutamaan dan keberkahan itu- datang dan berlalu meninggalkan kita begitu saja, tanpa ada usaha maksimal dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah kita dan meraih berbagai keutamaan padanya. Padahal Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: ”Seandainya ummatku mengetahui berbagai keutamaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan, niscaya mereka akan berharap setahun itu semuanya bulan Ramadhan” (H.R. Ibnu Khuzaimah).
Bahkan yang lebih memalukan lagi, bila hari-hari Ramadhan yang seharusnya diisi dengan memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah diganti dengan ajang maksiat, na’uzubillahi min zaalik..! Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam telah memberi peringatan dalam haditsnya: ”Jibril telah datang kepadaku dan berkata: ”Wahai Muhammad, Siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan ini habis dan tidak mendapat ampunan, maka ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan Amin! Akupun mengatakan Amin!. (H.R. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya).
Akhirnya, kita berharap dan bertekad untuk dapat menyukseskan berakhirnya Ramadhan kali ini dengan aktivitas ibadah yang maksimal, sehingga dapat meraih berbagai keutamaan dan kelebihan yang hanya disediakan pada moment bulan Ramadhan. Semoga Ramadhan kali ini lebih bermakna dan berkualitas. Ahlan wa sahlan wa marhaban bika ya Ramadhan..! Kami sangat merindukan kembali kedatanganmu wahai bulan yang penuh berkah.*
Penulis adalah Ketua biro dakwah, Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII) Aceh, kandidat doktor fiqh & ushul fiqh dari Internasional Islamic University Malaysia (IIUM)