Dimensi puasa meliput pendengaran, puasa lisan, puasa badan dan puasa hati. Inilah sebaik-baik puasa menurut Imam al-Ghazali, khutbah Jumat kali ini
Oleh : Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | DALAM kitab Asraar al-Sawm wa Syuruutuh al-Baathinah, Imam Ghazali memberikan keterangan bahwa puasa yang dikerjakan oleh seseorang, seyogyanya tidak sekadar menahan diri dari makan serta minum, dari menahan lapar dan dahaga saja.
Di bawah ini naskah khutbah Jumat lengkapnya;
Khotbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Kaum Muslimin Hafidzakumullah
Dalam kitab Asraar al-Sawm wa Syuruutuh al-Baathinah, Imam Ghazali memberikan keterangan bahwa puasa yang dikerjakan oleh seseorang, seyogyanya tidak sekadar menahan diri dari makan serta minum, dari menahan lapar dan dahaga saja.
Menurut Syaikh Abdurrahman Al-Ausy, ada sisi-sisi batin yang harus kita puasakan sehingga puasa yang kita kerjakan menjadi sempurna secara lahir mau pun batin. Karena pada hakikatnya puasa melibatkan penjagaan terhadap seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat dan dosa, yang pada ujungnya menjadi tali penghubung kita dengan Allah.
Dimensi puasa batin meliput;
Pertama, puasa pendengaran
Maksudnya adalah menjaga pendengaran kita, telinga kita, dari hal-hal yang tidak layak masuk ke telinga kita, terlebih saat kita tengah berpuasa. Mendengar sesuatu yang tidak baik sama buruknya dengan mengucapkannya.
Allah SWT berfirman tentang orang-orang yang gemar mendengar kebohongan :
سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.” (QS. Al-Ma’idah: 45)
Kedua, puasa lisan
Artinya kita harus bisa menahan lisan kita dari ucapan-ucapan yang tidak benar seperti, dusta, menggunjing, berkata jorok, atau membicarakan hal-hal yang nihil manfaat.
Terkait hal ini, kita telah diingatkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)
Ketiga, puasa penglihatan
Penglihatan yang merupakan salah satu nikmat Allah harus kita jaga. Kita jaga dari pandangan hal-hal yang diharamkan atau pandangan yang membuat diri kita lalai serta sibuk dari ingat kepada Allah. Rasulullah SAW telah bersabda :
النَّظْرَةُ سَهْمٌ مَسْمُومٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ، مَنْ تَرَكَهَا خَوْفًا مِنَ اللَّهِ، آتَاهُ اللَّهُ إِيمَانًا يَجِدُ حَلَاوَتَهُ فِي قَلْبِهِ
“Pandangan adalah panah beracun dari panah-panah Iblis. Siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberinya keimanan yang manisnya ia rasakan dalam hatinya.” (HR. Hakim)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Keempat, puasa anggota badan secara keseluruhan
Seluruh anggota tubuh kita dari ujung rambut hingga ujung kaki, wajib kita jaga. Tangan kita, kita jaga agar jangan sampai melakukan kezaliman. Kaki kita, kita jaga agar jangan sampai melangkah ke tempat-tempat maksiat.
Demikian juga dengan anggota tubuh lainnya, harus kita lindungi dari perbuatan dosa serta maksiat. Rasulullah SAW bersabda,
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad)
Kelima, puasa dari berlebihan saat berbuka
Bukankah tujuan puasa yang kita kerjakan untuk mengerem hawa nafsu agar tidak liar dan terkendali? Lalu, bagaimana tujuan ini akan terwujud jika justru saat kita berbuka, kita memuaskan hasrat hawa nafsu, sehingga segala jenis makanan kita masukan ke dalam perut? Seolah waktu buka puasa menjadi ajang balas dendam. Allah berfirman:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.” (QS. Al-A‘rāf: 31)
Keenam, puasa hati
Inilah inti dari puasa batin. Kita mempuasakan hati ini dengan menjaganya dari kotoran-kotoran hati seperti, sombong, iri hati, dengki, bangga diri, dan cinta dunia secara berlebihan.
Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia
Ketujuh, memposisikan hati kita antara rasa takut dan harapan
Setelah kita menuntaskan puasa, hendaknya kita menjaga hati untuk selalu berada antara rasa takut dan harapan. Takut jika puasa dan ibadah lainnya tidak diterima Allah. Namun kita juga harus optimis bahwa Allah akan menerimanya.
Imam Hasan al-Bahsri memberikan petuah bijak :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ مِضْمَارًا لِخَلْقِهِ يَسْتَبِقُونَ فِيهِ لِطَاعَتِهِ فَسَبَقَ قَوْمٌ فَفَازُوا وَتَخَلَّفَ قَوْمٌ فَخَابُوا
“Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadan sebagai arena lomba bagi makhluk-Nya untuk berlomba dalam ketaatan kepada-Nya. Ada yang maju dan menang, ada pula yang tertinggal dan kalah.”
Inilah bentuk puasa batin yang disinggung oleh Imam Ghazali. Insya Allah, kalau kita mau memahami dan mengamalkannya, kita bisa mencapai derajat sebagai orang yang bertakwa, sebagaimana hal itu menjadi tujuan ibadah puasa.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khotbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Arsip lain terkait Khutbah Jumat bisa diklik di SINI. Artikel lain tentang keislaman bisa dibuka www.Hidayatullah.com—. Khutbah Jumat ini kerjasama dengan Rabithah Alawiyah Kota Malang