Hidayatullah.com—Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hari Ahad mengutup serangan dan kekerasan oleh ektremis Buddha yang menarget Muslim Sri Lanka di Distrik Kandy, meski pemerintah sudah menetapkan jam malam.
PBB pada hari Ahad mengutuk serangkaian serangan anti-Muslim di Sri Lanka termasuk pembakaran masjid dan tempat usaha milik Muslim, tulis Aljazeera.
Kepala Bidang Urusan Politik PBB Jeffrey Feltman mengatakan kepada pemerintah Sri Lanka bahwa provokator di balik kekerasan dan serangan anti Muslim harus dibawa ke pengadilan.
Selama kunjungannya Feltman mengutuk kerusakan dan serangan terhadap umat Islam termasuk pada harta benda mereka.
Feltman, yang bertemu dengan para pemimpin Muslim setempat untuk menunjukkan solidaritas, “mendesak pelaksanaan komitmen pemerintah yang cepat dan penuh agar bisa menyeret para pelaku kekerasan dan ujaran kebencian ke pengadilan, untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna mencegah pengulangan, dan menegakkan supremasi hukum tanpa pandang buku.”
Baca: Sri Lanka Umumkan Darurat 10 Hari Pasca Kerusuhan Anti Muslim .
Serangan kekerasan anti Islam menyapu Distrik Kandy selama seminggu terakhir.
Kekerasan, dipicu kematian seorang Buddha Sinhala yang diberitakan telah dipukuli sekelompok pria Muslim karena perselisihan lalu lintas, menyebabkan setidaknya dua orang tewas dan merembet pada perusakan masjid, pembakaran puluhan rumah, tempat usaha milik umat Islam.
Insiden menyebabkan lebih dari 200 toko, rumah dan kendaraan Muslim terbakar saat pertama kerusuhan.
https://www.youtube.com/watch?v=l_V-SOG_Fsg
Kekerasan anti Muslim juga membuat pemerintah Sri Lanka mengumumkan keadaan darurat selama 10 hari, memblokir semua media sosial dan akses internet, yang menjadi platform penyebaran sentimen kebencian agama.
Pemerintah telah mengajukan permintaan pada Facebook, Instagram, Viber dan Whatsapp untuk melakukan pemblokiran di Kolombo, dan wilayah lain yang memiliki pergerakan kebencian anti Islam yang sporadis.
“Sri Lanka berada di ambang batas,” kata Alan Keenan, seorang peneliti di International Crisis Group.
“Serangan ini terorganisasi, terencana,” kata Alan Keenan. “Dan ada alasan bagus untuk percaya mereka sebagian dirancang untuk memancing tanggapan Muslim, yang kemudian akan membenarkan lebih banyak kekerasan terhadap umat Islam.”
Baca: OKI Meminta Pemerintah Sri Lanka Mencegah Aksi Kekerasan pada Umat Islam
Hari Jumat, Kepala Angkatan Darat Sri Lanka Mahesh Senanayake, yang melakukan kunjungan ke Kandy, sempat menjamin untuk meningkatkan jumlah petugas keamanan dan mengendalikan keadaan masjid di seluruh negeri.
“Ada kecemasan di kalangan umat Islam terhadap serangan Buddha terhadap mereka pada hari Jumat …. Kami akan memastikan keamanannya, “katanya.
Pihak berwenang telah menyatakan keadaan darurat dan memberlakukan jam malam dalam upaya untuk mengurangi kekerasan tersebut, kekerasan dan pembakaran masih berlanjut.
Muslim Sri Lanka mengatakan kepada Aljazeera bahwa mereka khawatir serangan akan terus berlanjut.
Sekitar 70 persen dari 21 juta penduduk Sri Langka menganut agama Buddha dan 10 persen merupakan pemeluk agama Islam (12 juta orang). Pemerintahan Presiden Maithripala Sirisena, pernah dikritik kelompok-kelompok hak asasi manusia dan diplomat karena tak cukup berbuat menumpas kelompok-kelompok garis keras Buddha, bertindak terhadap para penyerang anti-Muslim pada Juni tahun 2017 lalu.*