Hidayatullah.com—Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa negaranya siap membantu sekutu dalam masalah Suriah, tetapi militer Jerman tidak akan terlibat.
Dalam konferensi pers hari Kamis (12/4/2018), lapor Deutsche Welle, Merkel mengatakan bahwa militer Jerman “tidak akan berpartisipasi apapun dalam tindakan militer” di Ssuriah, tetapi dia menegaskan bahwa Berlin mendukung perlunya “mengirimkan sinyal tegas bahwa penggunaan senjata kimia” tidak dapat diterima.
“Hanya diam tidak melakukan apa-apa juga sulit,” kata Merkel, seraya menambahkan bahwa jika Amerika Serikat, Inggris dan Prancis akan mengambil tindakan militer, maka Jerman akan mencari jalan nonmiliter untuk membantu.
Dalam konferensi pers itu Merkel juga mengkritik Rusia, dengan lembut, dengan mengatakan bahwa upaya Moskow menghalangi investigasi penuh OPCW atas dugaan serangan senjata kimia oleh Suriah “tidak memberikan cahaya positif bagi Rusia.”
Komentar Merkel itu dikemukakannya usai pertemuan bilateral dengan sejawatnya dari Denmark, Lars Lokke Rasmussen, yang mengatakan bahwa sikap Denmark dalam isu tersebut sama seperti tetangganya di selatan.
Sebelumnya pada hari Kamis Menlu Jerman Heiko Maas mengatakan bahwa baik Prancis maupun AS belum ada yang meminta bantuan Jerman di Suriah, menyusul penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah dalam serangan di Douma.
“Namun, jika kita ingin mempertahankan tekanan terhadap Rusia, maka mitra-mitra Barat tidak dapat mengambil jalan yang berbeda,” kata Maas.
Menanggapi ancaman Presiden AS Donald Trump lewat Twitter hari Rabu kepada Rusia bahwa AS tidak pernah mengatakan tidak akan menyerang Suriah dan bisa saja menggunakan senjata nuklirnya, pensiunan jenderal Harald Kujat, yang pernah menjadi penasihat khusus militer Jerman di parlemen, mengatakan bahwa “perang panas” antara dua superpower nuklir kemungkinan akan terjadi.
“Kita menghadapi seorang presiden Prancis yang tidak berpengalaman, yang berkontribusi pada eskalasi; seorang perdana menteri Inggris yang sedang mengalami tekanan besar dari dalam negeri; dan seorang presiden AS yang emosional sulit ditebak yang tidak hanya mengancam negara pemilik kekuatan nuklir Rusia, tetapi juga mengumumkan serangan,” kata Kujat kepada kanal berita Jerman Phoenix, seraya menambahkan bahwa dulu para pemimpin dunia juga “secara tidak sadar” terjebak masuk dalam Perang Dunia I.*