Hidayatullah.com–Keputusan kementerian Pendidikan Aljazair untuk menghapuskan syariah dan pendidikan Islam dari kurikulum sekolah menengah menuai banyak protes. Kalangan akademisi yang semula diam, kini mulai buka mulut.
"Ini adalah bentuk kejahatan negara terhadap rakyat Aljazair,” ujar Syekh Abdul Rahman Shaiban, pimpinan Asosiasi Cendekiawan Muslim Aljazair, Ahad (22/5). Saat mereka berusaha menggali lagi nilai-nilai Islam, katanya, pemerintah justru memberangusnya.
Ia mengingatkan, langkah pemerintah itu adalah tahapan untuk melaksanakan rencana yang lebih besar, yaitu menarik subjek studi Islam dari silabus-silabus di perguruan tinggi. ”Tiga tahun kemudian, institusi Islam dan masjid akan diawasi, lalu imam-imamnya akan ditentukan mereka,” tambahnya.
Ia menyebut, jika alasannya untuk kemajuan pendidikan, maka mereka manapaki jalan yang salah. ”Dalam pandangan mereka, kemajuan dan modernitas sama artinya dengan mencabut identitas Muslim kita dan kejayaan masa lalu,” tambahnya.
Aljazair adalah salah satu tonggak kejayaan sejarah islam di masa lalu. Polemik muncul saat Menteri Pendidikan Aljazair, Boubekeur Benbouzid, pekan lalu menyatakan akan meningkatkan dan memodernisasi sistem pendidikan Aljazair dengan mamadukan sistem pengajaran Arab dan Prancis.
Organisasi lain, General Union of Free Students, menyatakan, langkah pemerintah adalah inkonstitusional, karena Islam adalah agama negara. ”Kita tidak bisa menerima putusan ini,” ujar sekjennya, Nabil Yahyaoui, seperti dikutip Islamonline. (iol/rep)