Hidayatullah.com–“Saya tidak setuju dengan pembatasan kebebasan beragama dan mengkhawatirkannya,” kata Clinton dalam jumpa pers usai bertemu dengan Presiden Tajikistan Imomali Rakhmon, seperti dikutip Reuters.
Menurutnya, upaya Tajikistan untuk mengatur agama dapat menimbulkan ketidakpuasan dan ketegangan di masyarakat.
Tajikistan, negara berpenduduk 7,5 juta jiwa, pada Agustus lalu mulai memberlakukan larangan pergi ke masjid bagi para pemuda Muslim. Demikian pula pemuda penganut agama lainnya.
Menurut Rakhmon yang berkuasa sejak 1992, tindakan keras diperlukan untuk mencegah terjadinya fundamentalisme agama. Terlebih negaranya berbatasan langsung dengan Afghanistan sepanjang 1.340 kilometer.
Pada tahun 1992-1997 terjadi perang saudara antara pemerintahan Rakhmon, yang sekuler dan mendapat dukungan penuh dari Moskow, dengan warga Muslim Tajikistan. Ribuan orang menjadi korban tewas dalam konflik tersebut.
Clinton bertemu Rakhmon untuk berterima kasih atas dukungan negara-negara Asia Tengah dalam perang yang dijalani Amerika Serikat di Afghanistan.*
Keterangan foto: Hillary Clinton bertemu dengan PM Tajikistan Hamrokhon Zarifi, Jum’at (21/10/2011).[Reuters]