Sambungan artikel KEDUA
Oleh: Muhajirin, LC
Menuduh Keji Sahabat Nabi dan Kaum Sunni
Dalam hal 225, tertera:
“Pelarangan Abu Bakar, Umar dan Utsman dan sebagaian besar penguasa Umayyah tentang pencatatan sabda-sabda Nabi, serta penghancuran banyak koleksi sabda Nabi yang oleh sebagian sahabat Nabi, berdampak negatif bagi Mazhab Sunni akibat kebijakan ini, Madzhab Sunni kehilangan banyak sabda otentik Nabi, sementara ratusan ribu sabda dan riwayat palsu, khususnya yang berbasis riwayat-riwayat dan legenda-legenda Yahudi beredar merajalela.”
Buku 40 Masalah Syiah
Buku karya Emilia Renita AZ, editor Jalaludin Rahmat ini dikeluarkan secara resmi oleh IJABI. Buku ini juga mencela Sahabat-sahabat Nabi dan Ahlus Sunnah.
Dalam hal 234-235, tertera:
“Di bawah ini adalah sebagian kecil contoh bid’ah-bid’ah pada Ahlus Sunnah, berikut siapa pelakunya:
Abu Bakar :
– Menghapus hak “muallafatu quluubuhum”
– Menghapus hak keluarga Nabi saw dalam khumus
– Nabi tidak mewariskan apa-apa
– Membebaskan Khalid bin Walid yang menikahi perempuan tanpa iddah
– Melarang penulisan hadits dan membakarnya.
Umar bin Khatthab :
– Menentang Rasulullah saw untuk menulis wasiatnya
– Mensunnahkan shalat tarawih dalam jamaah
– Menghapus “hayya ‘ala khairi Al-Amal.”
– Melarang nikah mut`ah
– Tidak ada shalat kalau tidak ada air
– Menetapkan talaq tiga dalam satu saat
– Melarang haji tamattu’
……..”
Buku Al-Mustafa
Ini buku karya Jalaludin Rahmat, diterbitkan oleh Muthahhari Press, dimuat di hal 109-111 ungkapan Jalal bahwa Ibunda Aisyah telah berbohong tentang riwayat kepemimpinan shalat Abu Bakar yang menggantikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Kemudian di halaman yang sama Jalal melakukan manipulasi nama tempat dalam hadits “Sunh” bukanlah berpuluh meter dari Madinah.
Dan masih banyak data buku-buku berbahasa indonesia baik dari pihak ABI dan IJABI yang memuat banyak tulisan-tulisan kontroversial, sementara buku-buku tersebut masih berlaku dan senantiasa diterbitkan dan disebar luaskan.
Jika memang ABI dan IJABI menyatakan penolakan terhadap tokoh semisal Muhammad At-Tawhidi dan Yasir Habib karena dianggap kontroversial dan ekstrim terhadap ajaran dan simbol Sunni sehingga bisa menciderai slogan persatuan atau pendekatan antara madzhab Syi’ah dan Sunnah, maka sudah seharusnya buku-buku berbahasa Indonesia yang memuat tulisan-tulisan miring yang menyakiti Sunni ditarik dari peredaran atau setidaknya ada revisi tetang isi miring tersebut.
Tapi apakah hal itu mungkin dilakukan?
Sebab sikap seperti ini tak ubahnya sikap Ali At-Taskhiri yang menjadi wakil Syiah dalam upaya melakukan Taqrib baina Al-madzahib (pendekatan antar madzhab Sunni dan Syiah) di mana dalam forum tersebut dia menyampaikan bahwa Syiah menghormati Sunni, namun di lapangan sangat bersebrangan, tak jauh setelah forum itu diadakan di hari-hari besar Syiah, umat Syiah di Iran, Iraq, Libanon, Mesir, Bahrain, Kuwait dan Qatar dan di beberapa tempat lainnya yang tetap saja melaknat Amirul Mukmini; Abu Bakar dan Umar Bin Khatab Radhiyallahu Anhuma, mencela Ibunda orang-orang beriman Siiri Aisyah dan Hafshah radhiyallahu Anhuma. Praktik seperti ini bahkan terlihat jelas di jalan-jalan raya dan tempat terbuka yang tidak bisa ditutup-tutupi.
Juga sudah bukan rahasia lagi jika laknat seperti ini merupakan doktrin dan ajaran pokok Syiah Imamiyah yang tidak bisa diganggu gugat.
Syeikh Dr Yusuf Al-Qardhawi yang semula menfatwakan setuju dengan upaya taqrib (karena demi menjaga darah dan keamanan minoritas Sunni atau Sunni lemah yang hidup di bawah tekanan mayoritas Syiah dan minoritas Syiah yang berkuasa seperti Iran, Iraq, Libanon, Suriah, Ahwaz dsb), akhirnya menarik diri dari fatwa tersebut karena melihat fakta yang berbeda di lapangan dan justru semakin tambah parah.
Semoga artikel ini bisa membuka mata dan hati kita.*