Oleh: Hamdi Ibrahim
Hidayatullah.com | DALAM Al Qur’an banyak sekali disinggung dan diceritakan kisah-kisah tentang perempuan. Al-Quran mengabadikan khusus tentang perempuan sebagai nama surat An Nisa.
Kisah-kisah tentang perempuan tersebar luar di dalam Al-Quran. Misalnya kisah Siti Zulaikha dan Yusuf, kisah ibunda Musa dan kakak perempuannya. Lalu kisah Siti Asiah istri Fir’aun yang memiliki keteguhan atas keimanannya. Tentang Ratu Balqis dengan keagungan kerajaannya. Kisah ibunda Isa, Maryam yang Allah abadikan menjadi salah satu surat di dalam Al Qur’an karena kesuciannya. Atau kisah protes seorang perempuan dalam permasalahan talak dan aduan seorang perempuan yang telah dizihar oleh suaminya.
Dari semua ini Allah ingin membimbing sekaligus menunjukkan kepada kita betapa mulianya seorang perempuan dalam Islam. Kisah-kisah tersebut dijabarkan dan diabadikan di dalam Al Qur’an agar menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang mengangkat derajat kaum perempuan.
Persepsi bahwa Islam menindas kaum perempuan terbukti tidak benar dan tidak berdasar. Bahwa Islam sangat membeda-bedakan laki-laki dan perempuan dalam masalah hukum adalah sangat keliru. Orang-orang yang melemparkan tuduhan tersebut adalah mereka yang belum mengerti sama sekali ajaran Islam. Mereka benar-benar tertipu dan asal ikut dari ucapan bangsa Barat yang jelas-jelas memusuhi Islam.
Bahkan di mata hukum Islam perempuan dan laki-laki tidak dibeda-bedakan. Baik dalam ibadah, muamalah dan hukum jinayah. Shalat, puasa, zakat, dan haji diberlakukan untuk laki-laki dan perempuan. Hanya saja perempuan mendapatkan keringanan saat terjadinya haid atau nifas. Dalam hukum jinayah pencuri laki-laki ataupun perempuan sama-sama mendapatkan hukuman. Dalam hal zina baik laki-laki mau pun perempuan juga mendapatkan ganjaran yang sama.
Islam sangat menempatkan posisi perempuan secara adil. Bahkan bisa lebih tinggi kedudukannya di dalam hal tertentu dibandingkan kaum laki-laki. Dan tentunya Islam sangat menjaga dan menghormati kaum perempuan.
Dalam Al Quran Allah mengabadikan kisah Luqman ketika memberi nasihat kepada anaknya. “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS: Luqman: 14)
Kemudian dalam masa lalu kita bisa melihat bagaimana perempuan memiliki andil besar dalam perjuangan Islam. Islam mempunyai seorang syahidah pertama, Ummu Yassir. Perempuan ini tahu bahwa mempertahankan keimanan hanya berujung kepada dua, hidup mulia atau mati sebagai syuhada. Ketika disuruh untuk mencabut keimanannya, ia dengan lantang berkata tidak. Sehingga sampailah ia kepada cita-citanya, mati sebagai syuhada dan kembali berjumpa dengan Tuhannya.
Kisah-kisah demikian begitu banyak di dalam Islam. Kisah ini sengaja diceritakan agar menjadi bukti bahwa dengan Islam jiwa seseorang menjadi merdeka. Bahwa dengan Islam perempuan sekalipun mendapati kewajiban yang sama. Dari kisah yang tersebut menunjukkan yang menindas perempuan bukanlah Islam bahkan Islam yang memuliakan kehormatan perempuan.
Sementara itu tuduhan-tuduhan itu masih saja dilemparkan kepada Islam. Orang-orang yang membenci Islam akan selalu berusaha terus untuk menjauhkan pemeluknya dari agamanya. Stereotip bahwa Islam mengekang kebebasan perempuan dalam berpendapat, bahwa Islam melarang kemajuan perempuan, bahwa Islam tidak membolehkan perempuan berpendidikan tinggi adalah pandangan licik yang sengaja dibuat-buat.
Adalah Ibunda Aisyah, istri Rasulullah yang mendapat gelar Ummul Mukminin, ibunya kaum Muslimin. Di mana Aisyah ra adalah perempuan cerdas luar biasa. Ia menjadi guru bagi para sahabat dalam meriwayatkan dan menerangkan hadist dari Rasullulah. Bahkan Aisyah adalah satu-satunya perempuan yang termasuk banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah ﷺ. Lebih kurang sekitar enam ribu hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. Hal ini menerangkan kepada kita bahwa pendidikan adalah untuk siapa pun. Islam tidak pernah membeda-bedakan dalam urusan gender. “Menuntut ilmu itu wajib baik bagi laki-laki maupun perempuan.” (Al Hadits)
https://hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2020/04/17/182001/perempuan-dalam-pusaran-krisis-ilmu.html
Dalam setiap perjuangan Islam peran perempuan hampir tidak pernah absen. Baik sebagai pendukung di balik layar atau maju kedepan dalam pertempuran. Adalah Nusaibah binti Kaab yang nama dan perjungannya diabadikan sangat indah. Siapa saja yang membaca kisahnya mampu bergedik seakan tidak percaya bahwa ada seorang perempuan yang mempunyai cita-cita begitu besar dan seakan-akan tidak mempunyai perasaan takut.
Nusaibah binti Kaab adalah termasuk salah satu dari dua perempuan yang ikut berbaiat kepada Rasulullah ﷺ dalam Baiat Aqobah kedua. Setelah itu perjalanan hidupnya selalu dicurahkan untuk kepentingan dan kemajuan agama Islam. Ia menjadi seorang perempuan yang sukses mendidik anaknya dan menyertai suaminya. Setiap peperangan Nusaibah dan keluarganya tidak pernah absen.
Ketika terdengar kabar terbunuh anak dan suaminya dalam peperangan, Nusaibah menunjukkan kebesaran jiwa. Ia memiliki kesabaran seluas samudera dan menerima dengan hati yang ikhlas.
Setelah ditinggal pergi oleh anak dan istrinya, adakah Nusaibah menjadi perempuan pendiam dan murung yang meratapi kepergian dua orang yang dikasihinya? Tidak. Nusaibah bukanlah perempuan cengeng demikian. Ketika terdengar kabar bahwa kaum Muslimin melakukan peperangan melawan kaum kafir, Nusaibah datang dengan membawa nyala semangat yang saat musuh melihatnya akan gentar dan was was. Nusaibah sepeti singa betina yang siap menerkam siapa saja. Api Islam telah membakar keberanian sehingga sebelum kematian menjemputnya, ia lebih dahulu mendatanginya.
Nusaibah gugur di peperangan Yamamah. Gugur sebagai syuhada yang namanya harum dan akan menjadi inspirasi orang banyak. Nusaibah menjadi pelopor bahwa kaum perempuan memiliki kemuliaan, kemerdekaan, kebebasan dan kesetaraan seperti yang dimiliki kaum laki-laki.
https://hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2020/04/27/182765/sayyidah-nafisah-binti-al-hasan.html
Manusia Allah ciptakan berpasang-pasangan. Sedangkan perempuan diciptakan untuk melengkapi kaum laki-laki. Juga diciptakannya perempuan untuk mendapatkan ketentraman, perasaan cinta dan saling kasih mengasihi.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang menciptakan kamu dari diri yang satu, lalu menciptakan darinya pasangannya. Dan dari keduanya, Ia kembang-biakkan banyak laki-laki dan perempuan.” (QS: An-Nisa: 1)
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya, yakni bahwa Ia ciptakan istri-istri bagimu dari jenismu sendiri supaya kamu dapat hidup tentram bersama mereka, dan dilahirkannya rasa cinta dan kasih sayang antaa kamu. Sesungguhnya, dalam yang demikian itu, terdapat bukti-bukti bagi orang-orang yang mau berpikir.” (QS: Ar-Rum: 21)
Surat Ar-Rum ayat 21 betapa indah dan tegas Allah tutup bahwa bukti-bukti yang telah disebutkan adalah bisa ditangkap bagi mereka yang mau berpikir. Dewasa ini orang-orang yang menuduh bahwa Islam menindas kaum perempuan dengan perkawinan, menjadi penghalang bagi kaum perempuan maju dalam pendidikannya, dan menghalangi kebebasan dengan jilbab besarnya. Adakah mereka termasuk orang-orang yang mau berpikir atau asal ikut kata orang saja? Wallahu’alam.*