Hidayatullah.com – Sekelompok wanita dari komunitas Druze menolak untuk mengirimkan anak-anak mereka untuk mengikuti wajib militer di militer zionis Israel, lapor lembaga penyiaran nasional Kan.
Menurut saluran berbahasa Ibrani itu, para wanita dari semua desa Druze di negara itu mengirim surat kepada pemimpin spiritual sekte tersebut, Syekh Mowaffaq Tarif, yang memberitahukan kepadanya bahwa mereka telah memutuskan untuk tidak mengirimkan anak laki-laki mereka untuk mengikuti wajib militer.
Menurut Kan, tindakan para wanita Druze ini diyakini sebagai bentuk protes atas kegagalan pemerintah dalam menanggapi tuntutan untuk membekukan perintah pembongkaran, membatalkan denda, dan menyetujui perluasan desa-desa Druze.
Surat kabar Yedioth Ahronoth pada Januari 2020, mencatat bahwa jumlah pemuda yang menolak wajib militer ini terus meningkat. Pada 2007 tercatat 25 persen dan kemudian naik secara bertahap dari 26,9 persen pada 2015 menjadi 30 persen pada 2018, mencapai 32,9 persen tahun lalu.
Sementara, Quds Press mengutip media Yahudi melaporkan bahwa seperempat dari semua pemuda Israel menghindari perekrutan pada tahun 2007, dan proporsinya tumbuh menjadi 26,9 persen pada tahun 2015, 30 persen pada tahun 2019 dan sekarang berada pada sepertiga.
Sebagaimana diketahui, semua anak berusia 18 tahun di Israel wajib bertugas di militer. Pria wajib militer selama 32 bulan sementara perempuan melaksanakan wajib militer hanya 24 bulan.
Sementara Kepala Staf Angkatan Darat, Aviv Kochavi memerintahkan untuk membuat rencana darurat untuk mengatasi situasi ini.*