Hidayatullah.com—Topeng wajah Guy Fawkes yang populer lewat film layar lebar “V for Vendetta” masih dijual di lampu merah dan trotoar jalan di kota Jeddah meskipun Kementerian Perdagangan Arab Saudi melarang impor dan perdagangan topeng tersebut, lapor Arab News Selasa (18/6/2013).
Bulan lalu koran Al-Madina melaporkan, Kementerian Dakwah meminta para imam di masjid-masjid agar menasehati para pemuda untuk tidak mengenakan topeng tersebut.
Kementerian Dalam Negeri juga mendesak Kementerian Perdagangan agar menyita dan melarang impor topeng plastik itu. Topeng wajah yang sering dipakai para demonstran di berbagai negara itu dijual antara 10 sampai 20 riyal.
Pedagang kaki lima yang menjajakannya mengaku tidak tahu tentang adanya larangan penjualan topeng Guy Fawkes.
“Saya sama sekali tidak pernah tahu ada larangan ini. Saya sudah menjual barang ini selama lebih dari satu tahun. Tidak seorang pun melarang saya, atau teman-teman saya di jalanan,” kata seorang penjual.
Seorang penjual lain mengaku kepada Arab News bahwa dia tidak tahu sama sekali cerita di balik topeng wajah itu atau melihat filmnya atau membaca buku novel karangan Alan Moore, di mana sosok Guy Fawkes digambarkan.
“Topeng ini populer di kalangan anak-anak muda. Kadang saya kehabisan topeng ini, terutama saat akhir pekan dan final pertandingan sepakbola, di mana anak-anak muda turun ke jalanan untuk merayakan kemenangan usai pertandingan,” imbuh penjual itu.
Siapa Guy Fawkes
Guy Fawkes atau Guido Fawkes adalah seorang pria Inggris yang dilahirkan di York pada 13 April 1570 dan meninggal pada 31 Januari 1606. Dia dilahirkan di keluarga Kristen yang patuh terhadap ajaran Katolik Roma dan menolak Gereja Anglikan (dikenal dengan istilah ‘recusant catholic’).
Anglikan merupakan sempalan dari Katolik Roma yang memperbolehkan pengikutnya cerai dan sebagian pendetanya menikah. Aliran sempalan itu dibuat oleh Raja Inggris Henry VIII, yang ketika itu tidak bisa bercerai dengan permaisurinya karena Inggris memeluk ajaran Katolik Roma. Agar bisa cerai dan menikahi perempuan-perempuan yang menjadi selingkuhan dan gundiknya, Henry VIII mendirikan aliran Anglikan dengan Church of England sebagai pusat ajarannya yang memisahkan diri dari Katolik Roma di Vatikan.
Fawkes pernah ikut Perang 80 Tahun (1568-1648) membela Katolik Spanyol melawan Protestan Belanda yang dianggap membangkang dari ajaran Kristen.
Fawkes paling dikenal dengan keikutsertaannya dalam ‘Makar Yesuit’ yang populer sebagai peristiwa ‘Gunpowder Plot’ tahun 1605 di mana sekelompok Katolik Inggris berusaha melakukan perlawanan terhadap Raja Inggris James I. Yesuit (Jesuit) atau Serikat Yesus adalah ordo Katolik Roma yang didirikan sebagai ‘pasukan tentara pembela Gereja Katolik’. Kelompok Yesuit Inggris itu melawan James I karena anak perempuannya yang berusia 9 tahun, Putri Elizabeth, akan dinobatkan sebagai pemimpin tertinggi kerajaan Inggris. Raja atau ratu Inggris otomatis menjadi pemimpin tertinggi gereja dari negara kerajaan yang memeluk Kristen itu.
Meskipun gagal, perlawanan Guy Fawkes dan teman-teman gerejanya dikenang dalam sejarah Inggris dan Kristen.*