Hidayatullah.com–Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS), yang terkait al-Qaidah dan aktif di kedua negara, telah mengusir polisi keluar dari pusat kota Fallujah.
Warga menyerukan slogan-slogan anti pemerintah yang dikuasai kelompok Syiah di Iraq dalam sebuah upacara pemakaman seorang pria yang tewas dalam bentrokan antara al-Qaidah dan polisi di Fallujah (04/01/2014).
Pemberontak dan polisi Iraq di provinsi Anbar yang bergejolak mengatakan pemerintah Iraq telah kehilangan kendali atas kota Fallujah. Kota tersebut jatuh ke tangan al-Qaidah setelah pertempuran berhari-hari.
Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS), yang terkait al-Qaidah dan aktif di kedua negara, telah mengusir polisi keluar dari pusat kota.
Perdana Menteri Iraq Nouri al-Maliki mengatakan militer negara itu tidak akan mundur dari provinsi Anbar sampai mereka “mengenyahkan” al-Qaidah di sana.
Al-Maiki mengatakan orang-orang provinsi Anbar kini bahu-membahu dengan angkatan bersenjata Iraq.
“Ini adalah sikap yang benar dari rakyat Iraq. Mereka kembali angkat senjata untuk mengusir anggota al-Qaidah. Itu sikap sejati rakyat Iraq,” ujarnya dikutip Voice of America (VoA).
Pada Jumat, al-Qaidah mengibarkan bendera mereka di atas gedung-gedung pemerintah di Fallujah, sekitar 60 kilometer sebelah barat Baghdad, dan mendeklarasi negara Islam merdeka.
Saksi mata mengatakan memutus aliran listrik di kota itu Jumat malam dan memerintahkan penduduk agar tidak menggunakan generator cadangan.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika hari Sabtu menyebut ISIS “barbarisme terhadap warga sipil” di Fallujah dan ibukota provinsi Anbar, Ramadi.
Wakil juru bicara Marie Harf menyatakan Amerika sedang berupaya mendukung “dengan cara apa saja yang mungkin” beberapa suku yang memberontak melawan ISIS.
Seorang wartawan lokal, yang meminta identitasnya tidak disebut karena takut pembalasan, kepada harian The Washington Post mengatakan, polisi dan pasukan lain pemerintah telah meninggalkan Fallujah dan bahwa al-Qaidah telah membakar semua bendera nasional Iraq.*