Hidayatullah.com—Secara umum Negara Kuba dibangun diatas landasan satu-partai Marxisme–Leninisme, di mana peran Partai Komunis diabadikan dalam Konstitusi. Namun diam-diam, Islam juga berkembang pesat.
Agama Islam, diam-diam terus tumbuh dan berkembang di Kuba, di mana ada sebanyak 9.000 warga Muslim dari 11,3 juta populasi penduduk Kuba.
Meski demikian, jumlah minoritas Islam ini terus mengalami peningkatan yang signifikan dari sekitar selusin pada awal 1990-an.
“Partai Komunis telah membuat keputusan untuk membuka pluralitas agama,” kata Michael Leo Owens, profesor ilmu politik di Universitas Emory di Atlanta. “Islam secara alami akan tumbuh,” ujarnya dikutip Newsweek, Selasa (27/12/2016).
Joan Alvado, seorang jurnalis foto yang berbasis di Barcelona, Spanyol sejak tahun 2014, telah memotret kehidupan Muslim Kuba, mulai dari Ibu Kota Havana dan di seluruh negeri.
Baru-baru ini, Alvado kembali ke Kuba, dari awal Oktober hingga awal November, untuk lebih mengeksplorasi budaya kecil ini dan memamerkan karyanya.
Karena tidak ada warisan sejarah Islam yang panjang di Kuba, banyak Muslim di pulau ini merupakan mualaf yang menemukan iman mereka setelah berbicara dengan siswa dan diplomat asing, khususnya dari negeri Muslim yang berkunjung ke tempat itu.
Salah satu subyek Alvado adalah Osman Reyes. Ia masuk Islam bulan Juni 2015. Dia mengatakan Islam membantunya merasa “lebih bebas,” ujar Alvado. Reyes kini tinggal di dekat pusat Kota Camaguey, Kuba, di manadi umat Islam setempat telah mendirikan sebuah masjid sederhana di dalam rumah pribadi di awal 2000-an.
Meskipun Islam dinilai kelompok agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia sebagaimana laporan Pew Research Center yang pernah memperkirakan populasi Muslim dunia akan meningkat sebesar 73 persen pada tahun 2050, Muslim Kuba tak bisa terlihat, bahkan untuk warga Kuba lainnya. “Tak seorangpun di Havana, bahkan teman-teman saya di Kuba yang tahu ada Muslim,” kata Alvado.
Pada awal 1990-an, segelintir warga Muslim di Kuba menghadapi kemungkinan penganiayaan oleh rezim untuk mempraktikkan agama mereka, sedikit yang bisa mengajarkan mereka tentang iman baru mereka. Namun saat ini, mereka memiliki kepemimpinan, guru dan sebuah rumah ibadah besar yang dibuka di Kota Havana pada bulan Juni 2015. Masjid ini mendistribusikan busana muslim tradisional untuk pria dan wanita dan menyumbangkan domba kepada jemaat selama bulan Ramadhan.
Pada umumnya rakyat Kuba dibesarkan makan daging babi dan minum alkohol. Kebanyakan Muslim Kuba telah beradaptasi secara bertahap. Kurangnya ahli agama untuk membimbing jalan mereka membuat tradisi lama masih bertahan meski sebagai mualaf dan hidup di bawah Islam.
Dalam salah satu foto, Alvado mendapatkan sebuah Pohon Natal kecil bersanding dengan bendera Arab Saudi. Dekorasi ini adalah milik seorang wanita Kuba kelahiran Katolik yang telah memeluk Islam selama lima tahun.
“Dia masih menempatkan Pohon Natal setiap tahun,” kata Alvado. “Komunitas Muslim di Kuba benar-benar masih muda.”
Tidak jelas apakah kematian mantan presiden Fidel Castro bulan November 2016 akan mempengaruhi kebangkitan agama Islam Kuba. Castro sudah berlalu, kini presiden beralih ke adiknya Raul Catro pada tahun 2008. Raul juga mewarisi Politbiro Komite Pusat Partai Komunis Kuba. Meskipun ia terus mewakili faksi kuat dan tanpa kompromi dalam politik Kuba, namun corong garis keras komunisme dinilai sudah berakhir
“Unsur-unsur garis keras dari pemerintah Kuba kehilangan corong mereka yang terbesar,” kata Andrew Otazo, Direktur Eksekutif Cuba Study Group, sebuah think tank yang berbasis di Washington. Kuba dinilai akan menonton dengan cemas melihat apakah kematian Castro akan menyebabkan reformasi atau apakah garis keras-aman tentang di mana mereka berdiri sekarang-akan menindak agama.
“Apakah akan ada lebih banyak kebebasan beragama atau kemampuan untuk mempraktikkan agama Anda jika Anda merasa cocok? Itulah pertanyaan besar, “kata Otazo.
Di sisi lain, perkembangan ini disambut banyak pihak. Beberapa dukungan datang dari luar, termasuk Arab Saudi yang telah mendanai laboratorium bahasa baik di Havana dan Santiago. Pada tahun 2014 Saudi telah mempunyai stan di Havana Book Fair di mana literatur tentang Islam dan al-Quran berbahasa Spanyol dibagikan.
Raja Abdullah dari Arab Saudi, yang meninggal pada Januari tahun lalu, mendanai lima penduduk Kuba untuk melakukan ibadah Haji pada 2014. Mimpi yang hampir mustahil bagi kebanyakan Muslim Kuba, yang pendapatan pekerja pemerintah hanya sekitar $20 setiap bulannya.*