Hidayatullah.com—Sedikitnya sembilan orang dilaporkan tewas dalam demonstrasi anti-pemerintah Iran sebagai bentuk aksi protes kematian tahanan Kurdi, Mahsa Amini. Mahsa, seorang wanita berusia 22 tahun meninggal di sebuah rumah sakit Iran, sehari setelah ditangkap oleh polisi karena tidak mematuhi aturan mengenakan jilbab, memicu kemarahan rakyat Iran, lapor Reuters.
Mengutip laporan BBC, salah satu yang tewas adalah seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang ditembak mati ketika pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa. Protes kini telah menyebar ke lebih dari 20 kota besar termasuk ibu kota, Teheran.
Di antara video protes yang telah dibagikan di media sosial adalah tampilan beberapa wanita melepas jilbab mereka sebelum membakarnya. “Katakan tidak untuk hijab, tidak untuk sorban, ya untuk kebebasan dan kesetaraan!” kata seorang pengunjuk rasa di Teheran.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ketika berbicara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan kepada rakyat Amerika untuk berdiri di belakang para wanita pemberani di Iran yang memperjuangkan hak asasi mereka.
Sebelumnya, beberapa kelompok aktivis hak asasi manusia mendesak perempuan untuk menanggalkan jilbab mereka di depan umum, sebuah sikap yang membawa risiko ditangkap karena melanggar aturan berpakaian Islami, ketika pemerintah negara itu menindak apa yang digambarkan sebagai “perilaku tidak bermoral”.*