Hidayatullah.com—NATO menyatakan tidak akan mengirimkan pasukan darat untuk memerangi ISIS di Suriah, dan lebih menekankan perlunya memperkuat pasukan lokal dalam konflik di kawasan tersebut.
“Itu tidak ada dalam agenda dari koalisi dan sekutu-sekutu NATO,” kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg kepada koran Swiss Tages-Anzeiger, ketika ditanya tentang kemungkinan pengerahan pasukan darat untuk mendampingi serangan udara yang telah dilakukan beberapa bulan terakhir.
“Amerika Serikat mengirim pasukan khusus dalam jumlah terbatas. Namun, di darat, memperkuat pasukan-pasukan lokal. Ini tidak mudah, tetapi pilihannya hanya itu,” imbuh Stoltenberg seperti dilansir Reuters.
Stoltenberg menekankan bahwa konflik itu bukanlah perang antara Barat dan dunia Islam, melainkan melawan “ekstrimisme dan terorisme”.
“Muslim berada di garis depan dalam peperangan ini. Kebanyakan korbannya adalah Muslim dan kebanyakan dari mereka yang memerangi ISIL adalah Muslim. Kami tidak dapat menindaklanjuti perang ini untuk mereka,” kata Sekjen NATO itu.
Baca juga: Pemimpin Kurdi Iraq akan Ke Turki Bicarakan Koordinasi Anti-ISIS.
Stoltenberg menyatakan bahwa NATO akan membantu Turki meningkatkan pertahanan udaranya setelah Turki menembak jatuh sebuah jet tempur Rusia bulan lalu. Aliansi (NATO, red) akan mengambil seperangkat kebijakan untuk Turki sebelum Natal, imbuhnya.
Dia menekankan perlunya untuk meredakan ketegangan dengan Rusia setelah penembakan jatuh pesawat Moskow tersebut.
“Sekarang penting untuk meredakan dan membangun mekanisme guna mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan. Kita melihat peningkatan signifikan kehadiran militer Rusia dari daerah utara jauh hingga ke Mediterania. Di sana, juga, kita perlu menghindari insiden serupa seperti yang terjadi di Turki,” kata pejabat tinggi NATO itu.
Dia menyeru Rusia agar “memainkan peran yang lebih membangun dalam memerangi ISIL. Sejauh ini, Rusia telah menyerang kelompok-kelompok lain (selain ISIS, red) dan fokus mendukung rezim Assad.”
Baca juga: Dari Kapal Selam di Mediterania Rusia Lancarkan Serangan ke Targetnya di Suriah.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama pekan lalu mengatakan bahwa keputusannya mengirim lebih banyak pasukan khusus untuk memerangi ISIS di Iraq bukanlah indikasi bahwa AS akan melakukan invasi lagi seperti yang dilakukannya pada tahun 2003.
Obama mengatakan, strateginya untuk memerangi kelompok militan di Iraq dan Suriah tidak termasuk pengiriman pasukan tempur di darat. Namun, Pentagon mengumumkan akan mengirimkan pasukan baru yang bertugas melakukan operasi-operasi khusus.*