Hidayatullah.com– Steve Jackson tidur di lantai kedai teh miliknya, Jacksonwood Vintage Tea Rooms, di Kent, Inggris, karena dia tidak selalu sanggup membeli bensin untuk pulang ke rumah.
Dia juga jarang makan teratur demi menghemat uang untuk membayar berbagai tagihan.
Sejak krisis biaya hidup tinggi melanda Inggris awal tahun ini, Jackson mengatakan dia kehilangan setengah dari pendapatannya.
Sekarang, dengan tabungan terakhirnya yang hanya £800 (sekitar 14.719.000 rupiah), dia tidak sanggup menyediakan pemanas di kedainya, terpaksa memberhentikan dua karyawan dan khawatir bisnis kecilnya itu terpaksa gulung tikar dalam beberapa bulan.
Dia berkata, “Tidak ada cahaya di ujung terowongan. Saya telah melakukan segalanya yang mungkin untuk dilakukan dan sepertinya tidak cukup untuk membiayai hidup saya.”
Pemerintah telah menetapkan langkah-langkah baru untuk membantu orang membayar tagihan energi (listrik dan bahan bakar), tetapi mungkin sudah terlambat bagi orang-orang seperti Steve.
“Kami memahami bahwa orang-orang berjibaku dengan kenaikan harga, dan sementara kami tidak dapat melindungi semua orang dari tantangan global yang kita hadapi sekarang ini, kami mendukung pelaku bisnis Inggris untuk menghadapi tantangan di bulan-bulan mendatang,” kata seorang pejabat pemerintah seperti dilansir BBC Jumat (27/5/2022).*