Sebuah surat wasiat ini ditulis beberapa jam sebelum Muhammad Fathi Farhat, 18 tahun, meledakkan diri di pemukiman Yahudi Ateshmona di Jalur Gaza, Ghaos Qotiv. Begini bunyinya, “Wahai putra-putra Al-Qassam, janganlah bersikap lemah dan berpaling, sehingga Allah pun mengganti kalian dengan yang lebih baik dari kalian.” Sejumlah 9 tentara Israel tewas bersamanya, 24 lainnya luka parah. Ariel Sharon murka.
Fathi salah satu dari 164 pemuda Palestina yang dua tahun terakhir ini meraih kemulian syahid dengan meledakkan diri. Saat ini ada 600 orang lain tengah antri untuk melakukannya dengan satu tujuan, mengusir teror penjajah Israel dari tanah suci Palestina.
Akibat dari gerakan ini bukan main-main. Strategi Israel membanjiri negara yang dijajahnya itu dengan orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia, kini buntu. Sebelum tahun 2000, rata-rata 75.000 orang Yahudi berimigrasi ke Israel. Kini, angka itu merosot hingga kurang dari separuhnya. Malahan, mereka yang sudah bertahun-tahun bermukim di sana memilih hengkang. Menurut Badan Sensus Kependudukan Israel, dalam dua tahun ini 1 juta pemegang paspor Israel pergi dan tak kembali lagi. Sekitar 35%-nya pindah ke Amerika, sisanya ke seluruh dunia, terutama Kanada.
Bank-bank Israel bangkrut. Sekitar 65 ribu orang Israel kehilangan pekerjaan. Sudah 35 hotel berbintang serta 50 perusahaan pariwisata gulung tikar. Jumlah wisatawan mancanegara turun drastis. Di bidang militer, tingkat desersi tentara dan wajib militer Israel melonjak sampai 40%. Ekonomi dan keamanan negeri teror itu benar-benar di ujung tanduk karena jihad intifadhah.
Berikut ini kisah orang yang paling berpengaruh dalam menggerakkan jihad intifadhah. Shalahuddin Mustafa Muhammad Ali Syahadah. Cukup dipanggil Syeikh Shalah Syahadah. Kalau saja ia tak syahid bulan Juli 2002 lalu, mungkin dunia belum mengenal namanya seperti hari ini.
Demi cita-citanya, ia kerahkan seluruh kekuatan ruhiyah, fisik, ketajaman akal, serta kepemimpinan yang ia bina sejak remaja untuk membentuk dan memimpin Brigade Izzuddin Al-Qassam—sebuah brigade mujahid-mujahid muda paling tawadhu, paling berani, paling terjaga akhlak dan ibadahnya, dan paling ditakuti militer Israel. Bersama Harakah Al-Muqawamah Al-Islamiyah (Hamas) dan Jamaah Islamiyah, brigade ini masuk dalam “daftar 35 organisasi teroris” versi Perserikatan Bangsa-Bangsa di bawah kendali Amerika Serikat.
Shalah Syahadah lahir di Yafa, sebelah Utara Jalur Gaza pada 24 Februari 1952. Keluarganya mengungsi ke Gaza setelah militer Israel menduduki kota itu tahun 1948.
Anak bungsu dari delapan saudara ini pernah menyelesaikan S-1 nya di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di Iskandariyah-Mesir. Sepulang dari Mesir dia langsung merintis proyek da’wah di jalur Gaza sambil bekerja sebagai peneliti sosial di kota el ‘Arisy di Sinai.
Tahun 1982, Shalah pindah bekerja ke departemen urusan kemahasiswaan di Universitas Islam di Gaza. Dua tahun kemudian, ia ditangkap Israel atas dugaan melakukan aktivitas melawan pendudukan Zionis. Semenjak itu –terutama setelah keterlibatannya di Hamas—Shalah secara rutin keluar masuk penjara Israel hingga tahun 2000.
“Tidak sehelai jenggot pun milikku yang dibiarkan tumbuh oleh para sipir Israel. Mereka menyiksaku dengan mencabutinya, juga mencabuti kuku-ku. Dengan izin Allah, aku tidak merasakan sakit sedikitpun,” kisahnya suatu kali. Pernah pula selama berminggu-minggu ia diisolasi di sebuah sel khusus yang begitu sempit dan pendek sehingga berbaring pun ia tak bisa. Begitu gelapnya sel itu sehingga melihat jari-jemari tangannya pun ia tak bisa.
Alih-alih menjadi gentar, di penjara-penjara itu Shalah justeru menjadi pembina para penghuni lainnya. “Beliau guru bagi para tahanan,” kata pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Dr. Abdul Aziz. Tsaqafah (wawasan dan pemikiran) dan beladiri serta majelis khusus tentang Ash-Shihah An-Nafsiyah (kesehatan jiwa) adalah sarapan pagi dan hidangan tambahan yang diberikan Shalah kepada pada para tahanan. Sisa waktunya ia habiskan untuk membaca dan mendengarkan berita.
Shalah memiliki enam orang puteri dari dua orang istrinya, Laila Khumes Safera dan Majidah Qunaita. Laila turut syahid bersamanya tanggal 22 Juli lalu ketika pesawat tempur F16 buatan Amerika yang dikirim khusus Perdana Menteri Israel Ariel Sharon menghajar apartemen Shalah. Tujuh belas warga Palestina gugur, termasuk 3 wanita dan 11 anak-anak. Kematiannya merupakan hasil pengkhinatan seorang pemuda Palestina yang telah ‘dibeli’ oleh intelijen Israel, berbulan-bulan sebelumnya.
Shalah-lah yang dianggap memupuk tradisi baru “bom syahid” sehingga menjadi momok paling menakutkan masyarakat dan tentara Israel. Panglima Angkatan Bersenjata Benjamin Ben Eilizer menganggap pria tinggi besar ini sebagai musuh Israel terpenting yang pernah ada di Palestina selain Imad Aqil, Yahya Ayashy, dan Mahmud Abu Hanud.
Berikut wawancara Shalah dengan majalah Filistin al Muslimah yang disarikan dari buku “Asy Syahid Syaikh Shalah Syahadah—Guru Para Syuhada Al-Qassam” terbitan COMES (Centre for Middle East Studies, 2002).
Militer Israel menuduh Anda berada di balik kesuksesan aksi-aksi Brigade Izzudin Al-Qassam di Jalur Gaza. Apa komentar Anda?
Saya merasa mendapat kehormatan yang agung. Namun kesuksesan aksi itu terpulang kepada orang-orang yang ikhlas di Brigade Izzudin Al-Qassam… Kehormatan yang sebenarnya adalah hak –dan keutamaan hanyalah milik Allah, pertama dan terakhir—mereka yang melakukan aksi dan aktivis yang membuat strategi perencanaan.
Kondisi paling berbahaya apa yang Anda hadapi dalam jihad ini?
Tidak ada bahaya yang mengancam mujahid selama dia menganggap bahwa kematian adalah tujuan utamanya, wal mautu fii sabilillah asmaa amaaniinaa (Dan kematian di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi). Dengan begitu, cita-cita yang paling tinggi (ini) tidak lagi dianggap sebagai bahaya. Namun bahaya yang hakiki adalah ketika seseorang tidak bisa melakukan…jihad.
(Yang selalu dibutuhkan para) mujahid… adalah dukungan…Allah subhanahu wa ta’ala, agar Dia mudahkan bagi mereka jalan kemenangan. Mereka juga membutuhkan dukungan… rakyat Palestina dan kaum muslimin Arab dan dunia Islam. (Mereka) juga butuhkan dukungan materi, karena jihad fii sabilillah –setelah mengikhlaskan niat—disamping membutuhkan rijal (mujahid) juga perbekalan material; innallahasytaraa minal mu’minina anfusahum wa amwaluluh bianna lahumul jannah (sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang beriman itu jiwa dan harta mereka, bahwa bagi mereka adalah balasan syurga).
Sebagian kalangan bangga dengan apa yang dilakukan Brigade Al-Qassam dalam perlawanan, juga dalam hal pengembangan persenjataan dan (usaha-usahanya) di Jalur Gaza… melumpuhkan militer Israel. Bagaimana pendapat Anda?
Setiap orang Palestina berhak untuk, dan sudah selayaknya, bangga dan berbesar hati dengan apa yang dilakukan oleh Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan sayap militernya, Brigade Izzuddin Al-Qassam. Meski persenjataan ini tergolong (sederhana) bila dibandingkan dengan persenjataan modern. Namun persenjataan sederhana bila (berada di tangan orang-orang yang kreatif dan inovatif, maju dalam hal pemikiran dan ideologi (aqidah), akan (menghasilkan) kesuksesan dan efektif, bi idznillah ta’ala.
Kabarnya Brigade Al-Qassam berhasil memproduk rudal, yang diberi nama Al Banna dan menyerupai senjata RPG (senjata pelontar granat). Bagaimana sebenarnya?
Israel tahu benar tentang rudal Al-Banna karena rudal itu sudah kerap kali menghantam target-target Israel. Ditilik dari teknologinya, rudal ini adalah LAW dan RPG.
Apakah hal ini termasuk keberhasilan Al-Qassam?
…. seharusnya Brigade Izzuddin Al-Qassam memiliki senjata modern yang mampu menghadapi penjajah Israel yang memiliki persenjataan terkuat dari seluruh persenjatan militer modern dunia.
Menurut Anda, apa keistimewaan Al-Qassam?
Aktivis Brigade Izzuddin Al-Qassam adalah para pemuda muslim sebagaimana halnya pemuda mukhlis Palestina lainnya…bagian dari masyarakat Palestina sendiri. Namun mereka telah bersumpah setia (berbaiat) kepada Allah, seperti orang-orang mukhlis lain, kepada kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya dengan melakukan jihad fii sabilillah.
Adakah tekanan dari pihak keamanan Palestina?
Baik diketahui atau tidak, pihak keamanan Palestina telah membahayakan aktivitas perlawanan dan jihad Palestina. (Mereka mencari dan menutup) bengkel-bengkel senjata (para mujahid) karena…isyarat Israel bahwa bengkel tersebut membahayakan keamanan. Dengan begitu, keberadaan dinas keamanan Palestina jelas membahayakan gerakan Intifadah dan jihad Palestina. Banyak bengkel yang sebenarnya tidak memproduksi senjata ditutup oleh pihak keamanan Palestina dengan (alasan) bahwa bengkel tersebut sangat mungkin nantinya memproduksi senjata dan meriam.
Di satu sisi (antek-antek) pemerintahan Palestina memberi isyarat kepada pihak Israel tentang aktivitas bengkel-bengkel tadi, yang kemudian dihancurkan Israel lewat serangan udaranya. Di sisi lain, pemerintah Palestina menganggap aktivitas jihad sebagai aksi teroris… saya berkeyakinan pemerintah belum bisa mengambil pelajaran dari keadaan yang sesungguhnya. (Pemerintah) belum dapat membedakan antara aktivitas terorisme dengan aksi jihad dan perjuangan.
————–
Salah satu keberhasilan Brigade Izzuddin Al-Qassam adalah ketika mengembangkan Rudal Qassam1 dan 2, yang meski berdaya-gempur terbatas namun sungguh memberi kekuatan di tengah situasi demikian terbatas. Shalah dianggap memegang peranan terpenting dalam keberhasilan ini karena membiayai pengembangan laboratorium dan pembuatan senjata api yang menewaskan ratusan warga Yahudi selama dua tahun terakhir ini.
—————-
Hamas memaklumatkan kepada para anggotanya untuk tidak menyerahkan diri kepada pihak pemerintah Palestina.
Yang pasti, aktivis Brigade Izzuddin Al-Qassam tidak boleh menyerahkan senjatanya kepada siapa pun, dalam situasi apa pun. Senjata-senjata untuk menghadapi Israel itu tidak boleh diserahkan kepada pemerintah untuk diletakkan dalam lemari, untuk kemudian diserahkan ke pihak penjajah Israel sebagaimana terjadi di Tepi Barat. Saya tegaskan, bahwa senjata yang diarahkan ke muka-muka Yahudi itu tidak boleh diserahkan. Haram hukumnya.
Kenapa Anda membiarkan antek-antek yang ada di dalam tubuh pemerintahan Palestina?
Kami tidak mengabaikan persoalan antek-antek tersebut. Namun…(ada) skala prioritas dalam kerja jihad melawan imperalisme. Keberlangsungan aksi jihad sendiri telah memperkecil antek-antek yang bekerja untuk penjajah dan dapat mengobati jiwa-jiwa yang lemah, sehingga timbul izzah (harga diri) untuk melakukan perlawanan.
Sekiranya kami memulai dari antek-antek itu tadi, maka kami akan menghadapi kesulitan dari pemerintah Palestina….(yang) sama sekali tidak menjalankan tugas nasional bangsanya dengan memburu para antek-antek, mengontrol dan menghukum mereka jika melakukan makar.
Bagaimana perlawanan Palestina (terhadap) pengepungan total yang dilakukan penjajah Israel di Jalur Gaza?
Tidak dibutuhkan kemampuan yang terlalu besar untuk mengusir Israel. Yang dibutuhkan adalah kemauan kuat dan semangat juang. Meski kami tidak cukup memiliki persenjataan, serta bagaimanapun ketatnya pengepungan yang dilakukan oleh militer penjajah Israel. Namun, Wa man yattaqillaha yaj’al lahu makhraja (Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka dia akan diberi jalan keluar). Betapa banyak pengepungan yang dilakukan oleh militer Israel di Jalur Gaza, namun Allah Swt selalu membukakan jalan bagi para mujahid.
Apakah aksi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh perlawanan di Tepi Barat mempengaruhi kemampuan militer Brigade Izzuddin Al-Qassam?
Ada efek yang bersifat sementara saja. (Sesudah) pembunuhan… Mahmud Abu Hanud, (justru) muncul sejumlah pemimpin di Brigade Izzuddin Al-Qassam. Dapat dipastikan, setiap kali terjadi pembunuhan terhadap pemimpin kami, Allah Swt memberi kami sejumlah pemimpin heroik yang mampu merealisasikan agenda yang masih dalam pemikiran tokoh-tokoh yang syahid sebelumnya. Tidak diragukan, banyak kerugian yang timbul karena syahidnya pemimpin perlawanan dan rekan mujahidin lainnya. Namun Allah menguatkan Brigade Izzuddin Al-Qassam dari belakang. Seperti dikatakan dalam peribahasa, “Jika Muhammad menanam, maka hasilnya akan bertambah”. Dan kami berharap demikian, insya Allah.
Bagaimana para mujahiddin Brigade Al-Qassam berhasil menembus pemukiman-pemukiman Yahudi dan markas-markas militer Israel yang dijaga ketat?
Jawaban pertanyaan semacam ini ada dalam Al-Quran surat Al Hasyr, 59:2.
“Dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka.”
Meski orang memiliki segala potensi dan kekuatan, tetap saja dia memiliki titik-titik kelemahan. Segala bentuk perlindungan (diri) Israel masih memiliki kelemahan yang besar, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al-Maidah, 6: 23.
Bagaimana Brigade Al-Qassam melihat fenomena terus meningkatnya jumlah istisyahidiyun (pelaku mati syahid)?
Ini sebuah hal yang positif (ijabiyah) karena menunjukkan keabsahan dan legitimasi dari umat atas aksi jihad yang terjadi di bumi Palestina. Melihat fenomena tersebut saya melihat harus ada pematangan dalam merealisasikan aksi syahid. Tidak setiap orang yang ingin syahid akan diterima Brigade Izzuddin Al-Qassam dan diperkenankan untuk keluar melakukan aksi.
Kami menyambut baik ruh jihad yang tinggi ini, namun hal itu harus direalisasikan secara tepat dan efektif. Oleh karenanya, perlu ada perencanaan yang benar dan matang untuk melakukan aksi syahid. Karena, disamping bertawakal pada Allah, aksi syahid jelas membutuhkan persiapan yang maksimal. Perlu latihan dan pencapaian target-target secara cermat. Fenomena ini sekaligus menunjukkan bahwa pilihan rakyat kami adalah jihad dan perlawanan, bukan perundingan dan penyerahan.
Bagaimana mempersiapkan para istisyahidiyun secara tarbawi, ruh dan militer?
Kami tidak menyiapkan para istisyahidiyun atau menyeleksi seseorang menjadi pelaku aksi syahid. Namun, puluhan pemuda datang kepada kami secara sukarela untuk menjadi pelaku aksi syahid, dan sudah menjadi tugas kami untuk mempersiapkan mereka yang datang mengajukan diri itu secara maksimal.
Kami akan mengkaji kondisi seseorang serta pengaruh terhadap keluarga dan orang-orang dekatnya bila dia berangkat melakukan aksi. Ada juga yang datang kepada kami menyerahkan anaknya sambil berkata, “Saya ingin dia menjadi pelaku aksi syahid.”
Selanjutnya, setelah kami menentukan pilihan siapa yang akan berangkat melakukan aksi, kami adakan latihan agar dapat terealisasi secara tepat dan sempurna sesuai dengan yang diharapkan.
Apa taget intifadhah baik secara internal maupun eksternal?
Target utamanya adalah menjadikan amal jihad dan aksi istisyhad (syahid) sebuah konsepsi umum. Setelah konsepsi ini terbatas hanya menjadi pemahaman kalangan gerakan Islam saja, akhirnya menjadi konsep dan pilihan yang dituntut oleh rakyat Palestina secara keseluruhan. Realitanya, intifadhah telah mampu menyingkap kepalsuan apa yang disebut proyek perdamaian, dan mampu menyingkap taring-taring Israel yang bersembunyi di balik proyek tersebut.
Apa pesan Anda bagi aktivis Brigade Al-Qassam dan pemerintah Palestina?
Saya ingin mengatakan pada mereka, “dunia kini memandang ke arah kalian.” Maka jadilah orang-orang yang berprasangka baik, jangan berputus harapan. Para aktivis Al-Qassam adalah orang-orang rabbaniyyun, karenanya harus menjadi pelita bagi siapapun yang ingin menapaki jalan kebebasan dan jihad serta kemerdekaan, dan menjadi tauladan bagi orang lain.
Kepada rakyat Palestina, ada pesan dari Allah Swt dalam surat Ali Imraan ayat 200.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”
Apa pesan Anda untuk kaum penjajah Israel?
Terus terang saya katakan, kami bukan haus darah mereka. Namun kami merindukan hari di mana kami tidak melihat mereka di tanah suci Palestina. Kami ingin melihat hari, di mana matahari bersinar terang, sementara Palestina tidak mengalami siksa penjajahan, rakyat Palestina bebas dan hidup terhormat karena tanah miliknya telah kembali.
Namun jika mereka tetap kukuh mengangkangi bumi Palestina, maka merekapun akan menanggung akibat dari setiap darah yang mereka tumpahkan.
Kami tidak membunuh anak-anak, wanita dan pemuda mereka. Namun kami ingin mendapatkan kebebasan kami meski mereka telah mengusir kami, meski kami harus membunuh mereka atau kami yang mati demi kebebasan kami. Mereka harus tahu, bahwa setiap tetes darah yang mereka tumpahkan tidak akan lewat begitu saja tanpa ada aksi balasan. Sekali lagi, ada kalanya kami dibantai dan aksi balasan kami terjadi belakangan atau terlambat, namun itu pasti datang. Mereka harus berhati-hati atas segala aksi serangan yang akan kami lakukan, selama mereka tidak menarik diri dari bumi Palestina.
Isreal telah menetapkan Anda sebagai target nomor wahid. Tidakkah Anda takut?
Tentu saja tidak! Kami hidup untuk mencari syahadah, kemudian ada orang datang kepada kami memberikan syahadah kepada kami, bagaimana mungkin kami takut?
Kami tidak takut kepada siapapun kecuali Allah. Kami tak mencintai siapapun seperti kami mencitai Allah, Rasulullah, kitab dan surgaNya. Barangsiapa membunuh kami, maka surga adalah balasan bagi kami, insya Allah.
—————-
Mantan direktur dinas intelijen dalam negeri Israel, “Shabak”, Ue’kob Beeri dalam bukunya El Qaqim li Yaqtuluka mengatakan, “Lelaki ini adalah tangan kanan Ahmad Yasin. Orang yang memiliki kharisma dan disegani oleh siapapun. Penampilannya akan memaksamu untuk menghormatinya.”
Bibit-bibit keberanian Shalah Syahadah telah tumbuh semenjak ia kecil. Semasa remaja, Shalah selalu menghadiri acara-acara di masjid hingga kemudian bergabung dengan pengajian yang dipimpin Syeikh Ahmad Yasin. Ketika ayahnya mengetahui kegiatannya ini, Shalah kemudian dipindahkan ke Beit Hanun sebelum kemudian disekolahkan di Iskandariyah, Mesir agar jauh dari hiruk pikuk perang. Di Iskandariyah, Shalah malah bertemu Dr Ahmed el Milh, seorang aktivis Ihwanul Muslimin asal Palestina.
Keterlibatan Shalah dengan Hamas terjadi saat awal gerakan intifadah yang pertama (1987). Shalah menjadi asisten pribadi pemimpin spiritual Hamas, Syeikh Ahmad Yasin. Shalah bahkan lalu berkembang menjadi seorang pemimpin yang dianggap mewarisi otoritas Syeikh Ahmad Yasin. Israel bahkan menganggapnya lebih radikal daripada Syeikh Ahmad Yasin.
Shalah sendiri dikenal sebagai pribadi yang ramah dan santun. Menurut Qunaita, istri keduanya yang dinikahi hanya tiga bulan sebelum syahidnya, Shalah adalah tipe pemimpin yang sangat adil dan sangat berhati-hati dalam mengerjakan apa pun. “Beliau sangat berhati-hati dalam melangkah, beliau tempatkan kontrol Allah di depan kedua matanya,” katanya.
Menurut Qunaita, ia dan suaminya tak pernah mengontrak flat atau rumah lebih lama dari 7 hari. Setiap 3-4 hari mereka harus mengganti kendaraan mereka. “Anehnya, kehidupan seperti itu kami jalani dengan tenang, tanpa rasa takut,” kenangnya.
Di mata wanita berusia 28 tahun ini, hidup bersama Syaikh Shalah Syahadah seperti hidup bersama sahabat Rasulullah. Lembut sebagai suami, tegas sebagai pejuang. Berkali-kali sang isteri berusaha mengambil alih pekerjaan rumah yang ditangani suaminya, tetapi jawaban Shalah selalu sama, “Jangan kau perlakukan aku melebihi kepada Nabi. Sedangkan Rasulullah saja mencuci dan menjahit pakaiannya sendiri.”
Qunaita kini selalu tersenyum, mengenang 3 bulan terindah dalam hidupnya menikah dengan syuhada terbesar di awal abad ini.* Cha, Dzh