Hidayatullah.com–Dua personel National Guard (Penjaga Nasional) AS menjalani pemeriksaan di kesatuannya setelah dikabarkan menikahi wanita Iraq. Keduanya, yang akhirnya memeluk Islam, dianggap dan dituduh telah menentang perintah atasan. Di sisi lain, mereka ingin segera membawa istri-istrinya ke AS karena terus menerima ancaman dari warga Iraq yang anti-AS.
Karena itu, kedua serdadu itu, Sersan Sean Blackwell dan Kopral Brett Dagen, ingin segera kembali pulang ke Florida. Namun, perpanjangan masa tugas mereka di Iraq menghalangi keinginan tersebut.
Keluarga Blackwell di Kota Pace, negara bagian Florida, menolak memaparkan identitas istri Sersan Blackwell. Hanya disebutkan bahwa wanita itu seorang dokter. Demikian juga wanita yang disunting Dagen. “Hampir setiap hari dia menerima ancaman. Putra saya hanya ingin dia baik-baik saja,” kata Vickie McKee, ibu Blackwell.
McKee menuturkan bahwa dua pernikahan itu dilaksanakan bersamaan pada 17 Agustus lalu. Dia mengaku menerima surat dari menantunya yang mengungkapkan larangan AD AS kepada Blackwell untuk bertemu dengannya. “Apakah ini kebebasan di AS? Di manakah hak asasi manusia? Di manakah keadilan?” tulisnya.
Ibu Blackwell juga mengungkapkan bahwa sejak itu anaknya dilarang menggunakan e-mail atau menelepon keluarganya di Amerika. “Ini memalukan bagi Angkatan Darat,” kata Laverne Warren, ibu Dagen.
Yang tidak bisa diterima dua ibu itu bahwa anak-anak mereka kini justru harus menjalani pemeriksaan. Pejabat militer AS di Iraq berdalih, pernikahan seperti itu akan mengalihkan serdadu AS dari misi mereka. Dan, itu dinilai bisa membahayakan keselamatan mereka dan rekan-rekannya.
Dalam sebuah suratnya, Blackwell mengungkapkan bahwa dirinya tidak mungkin mendapat hukuman karena menikah. Namun, dia akan menjalani hal itu jika dinilai tidak mematuhi perintah. Sebenarnya dia mendapat dukungan dari komandannya. Namun, komandan batalionnya, Letkol Thad Hill, menentang.
Temukan Islam
Agustu lalu, seperti diberitakan Hidayatullah.combeberapa pasukan AS yang bertugas di Iraq dikabarkan telah menemukan Islam.
Seperti dikutip IslamOnline.net ketika itu, beberapa pasukan AS dikatakan telah memeluk Islam dan menikahi muslimah setempat.
“Setelah interaksi sehari-hari dengan warga Iraq dan melihat pengalaman langsung di lapangan dengan orang Islam, banyak tentara AS yang dengan sepenuh hati menerima Islam,” ujar Syekh Mahmoud el-Samydaei, anggota Komunitas Cendekiawan Muslim Iraq pada Islamonline.Net .
Abd el-Azeim Mohammad Gawad el-Rasafi Hakim Agama yang menikahkan mereka mengatakan, “Ini adalah pertama kalinya seorang wanita Iraq menikah seorang prajurit Amerika yang telah menerima Islam.” (jp/ap/hdc/iol/cha)
06 Oktober 2003
Suriah Dibombardir Israel
Hidayatullah.com–Semalam, Israel melancarkan serangan ke atas sebuah kamp di Suriah yang dituduhkan menjadi pusat latihan pejuang Jihad Islam selepas serangan berani mati oleh sebuah kelompok pejuang Palestina di Haifa Sabtu (4/10/2003) lalu.
Serangan bom dilancarkan tentara Israel di sebuah wilayah Kamp Ein Saheb, 15 kilometer barat daya kota Damaskus. Israel memuntahkan empat rudal yang langsung menghantam beberapa rumah penduduk.
Meski hingga kini belum ada kabar korban, namun beberapa sumber mengatakan, serangan udara para pasukan Yahudi itu telah merusakkan beberapa rumah dan merenggut korban penduduk sipil.
Jurubicara pejuang Hamas dan Jihad Islam mengatakan, mereka tidak mempunyai anggota di Suriah.
Menurut Israel, serangan bom atas kamp di Suriah itu dianggapbnya merupakan pusat latihan para pejuang Palestina. Israel bahkan berjanji akan menyerang beberapa lagi beberapa lokasi di Suriah, ujar jurubicara Ariel Sharon, Raanan Gissin.
Israel menyatakan, serangan ini akibat buntut dari serangan di Haifa yang mengorbankan 19 warga Yahudi dan 55 lainnya cedera.
Atas tindakan ini, masyarakat internasional mengecam keras serangan Israel tersebut. Presiden Mesir Husni Mubarak dan Kanselir Jerman Gerhard Schröder mengatakan bahwa pelanggaran oleh angkatan udara Israel itu tidak bisa dibiarkan. London dan Paris juga menyebutnya pelanggaran hukum internasional. Sedangkan Suriah kuatir tentang agresi Israel bisa menyulut lingkaran setan kekerasan di seluruh regio.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Meski telah jelas pelanggarannya, Amerika hanya menyerukan Israel dan Suriah meredam ketegangan.
Meski demikian, Israel memperingatkan Suriah bahwa serangan serupa akan dilakukan lagi, jika Suriah memberi tempat persembunyian bagi organisasi anti-Israel.
Agustus, dua bulan lalu, pesawat-pesawat Israel dijkabarkan terbang rendah di atas istana presiden atas istana Presiden Suriah, Bashar Al-Assad. Sebelumnya, tanggal 16 April 2001, pesawat tempur Israel juga telah meledakkan sebuah staisiun radar milik Suriah di Lebanon.
Seperti halnya Amerika Serikat (AS), Israel selalu berdalih menyerang apa-apa yang mereka sebut dengan kelompok teror meski tak pernah ada bukti dan harus wilayah negara lain.
Sebaliknya, Israel tidak mampu melihat perilakunya sendiri tatkala mereka dengan mudah membunuh, membantai dan membolduser rumah-rumah penduduk yang telah hidup sejak ratusan tahun di wilayahnya sendiri. (abcn/bh/sy/ap)