Hidayatullah.com–Ratusan pekerja di laboratorium-laboratorium Covid-19 di Prancis hari Kamis (17/9/2020) melakukan unjuk rasa memprotes kondisi kerja sementara mereka kewalahan harus menyelesaikan pemeriksaan sampel coronavirus yang terus bertambah.
Dilansir RFI, serikat pekerja CGT mengatakan aksi mogok itu akan mempengaruhi pemeriksaan laboratorium di sejumlah kota dan akan terus berlanjut apabila pihak majikannya tidak mengatasi masalah kekurangan staf dan kenaikan gaji.
Aksi mogok dilakukan di saat pemerintah menuntut tes Covid-19 dilakukan lebih banyak dan lebih cepat.
“Kami kewalahan,” kata perawat laboratorium Aminata Diene, salah satu dari 50 pekerja laboratorium yang melakukan unjuk rasa di luar sebuah pusat diagnostik di pinggiran kota Paris.
Perawat berusia 31 tahun itu mengatakan laboratorium Bioclinic di Bezons tempatnya bekerja, yang memiliki 4 staf dan normal nya melayani 40 tes Covid-19 dalam sehari, ditutup akibat aksi mogok tersebut.
“Kami tidak bisa menerima telepon, secara langsung menyambut pasien dan melakukan tes sekaligus. Kami kelelahan, secara fisik dan mental,” ujarnya.
Prancis meningkatkan jumlah tes coronavirus enam kali lipat sejak wabah gelombang pertama dan telah melakukan 1,2 juta tes pekan lalu, kata Menteri Kesehatan Olivier Veran dalam sebuah konferensi pers. Namun, di sejumlah pusat pemeriksaan tampak orang antre panjang dan mereka harus menunggu berhari-hari untuk mendapatkan hasil karena pekerjaan menumpuk di laboratorium.
Le Figaro melaporkan bahwa dalam sebuah rapat dengan para menteri senior pekan lalu Prresiden Emmanuel Macron berkata, “Satu jati tes itu bagus, tapi tidak ada gunanya kalau hasilnya datang terlalu lambat.”
Hari Rabu, Prancis mengizinkan penggunaan tes antigen, yang dapat menunjukkan hasil lebih cepat dibandingkan tes RT-PCR, guna membantu mempercepat sistem tes Covid-19. Veran mengatakan 5 juta tes kit antigen sudah dipesan dan akan tiba bulan Oktober.
Tes antigen itu direncanakan akan dipakai pertam untuk pekerja rumah sakit, staf panti perawatan jompo dan para pelancong yang menggunakan transportasi udara, kara seorang jubir otoritas kesehatan wilayah Paris
Pascal Boudeau, seorang teknisi yang telah bekerja selama 35 tahun di sebuah laboratorium medis di luar kota Paris, mengatakan pihak manajemen perlu mulai mendengarkan setelah selama bermingu-mingu mengabaikan panggilan minta tolong yang disuarakan pekerja.
“Sudah habis kesabaran kami. Kami mengalami kekerasan verbal dan terkadang fisik. Pekerjaan tidak henti-henti,” kata anggota CGT itu. “Kami bahkan sudah berhenti menghitung kerja lembur yang kami lakukan tanpa bayaran.”
Aksi mogok pekerja laboratorium itu bertepatan dengan aksi protes di jalan yang dilakukan oleh CGT dan sejumlah serikat pekerja yang lebih kecil di beberapa kota di seantero Prancis.
CGT menuding Presiden Macron menghancurkan sistem keamanan sosial Prancis, menghancurkan pelayanan publik dan lebih mendahulukan kepentingan pengusaha-pengusaha kakap daripada pekerja bahkan ketika pandemi coronavirus mengacaukan perekonomian dan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja di mana-mana.*