Hidayatullah.com–‘Israel’ telah memperpanjang penguncian wilayah (lockdown) secara nasional setelah adanya pemakaman massal yang melanggar pembatasan dalam mengendalikan pandemi. Ribuan penganut Yahudi ultra-Ortodoks menghadiri pemakaman dua rabi terkemuka di Yerusalem yang meninggal karena Covid-19, hari Selasa telah menuai kritik dari mitra koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kabinet Netanyahu memilih untuk memperpanjang penguncian lima minggu hingga Jumat. Sementara penerbangan internasional masih diperbolehkan hingga Ahad. Parlemen sebelumnya memilih untuk menggandakan denda bagi pelanggar karantina wilayah menjadi 10.000 shekel (4.000 Dolar AS).
Pelanggaran yang dilakukan kaum Yahudi ultra-Ortodoks, yang merupakan salah satu pendukung Netanyahu yang konservatif. Kasus ini telah dimanfaatkan rival politiknya dalam mempertanyakan keefektifan penguncian, guna membangun opini menjelang pemilu 23 Maret.
Sebelumnya, prosesi pemakaman Rabbi Meshulam Soloveitchik, yang meninggal pada usia 99, dihadiri ribuan orang, melalui jalan-jalan Yerusalem pada hari Ahad dalam tampilan terbaru penolakan kaum ultra-Ortodoks ‘Israel’ mengikuti pembatasan virus corona. Kerumunan orang juga terjadi di luar rumah sang rabi, mengabaikan pembatasan pertemuan di luar ruangan yang lebih dari 10 orang, banyak dari mereka tidak memakai masker.
Ribuan pelayat ultra-Ortodoks berjubah hitam berlari melewati pintu masuk utama kota menuju pemakaman tempat Soloveitchik akan dimakamkan. Sejumlah petugas polisi Zionis memblokir persimpangan lalu lintas yang memungkinkan peserta lewat, tetapi tidak mengambil tindakan apapun mencegah pertemuan ilegal tersebut.
Pemakaman kedua pada hari Ahad juga diikuti ribuan pelayat ultra-Ortodoks menghadiri pemakaman Yitzhok Scheiner, sekali lagi melanggar aturan penguncian, kutip laman Abc News.
Netanyahu telah mempromosikan penguncian dan vaksinasi cepat untuk anggota masyarakat paling rentan di negara itu. Tetapi dampak perubahan pengekangan pandemi tidak terjadi, kasus-kasus serius justru melonjak di antara orang-orang ‘Israel’ yang belum divaksinasi.
Para pejabat menyalahkan meningkatnya infeksi pada jenis virus asing yang dapat menular dan pelanggaran penguncian. ‘Israel’ telah melihat 638.789 kasus Covid-19, dengan 4.738 kematian.*