Hidayatullah.com– Iran Human Rights (IHR) yang berbasis di Norwegia dan Together Against the Death Penalty (ECPM) yang berbasis di Paris mempublikasikan laporan yang menyebutkan kenaikan 75 persen eksekusi di Iran pada tahun 2022.
Kedua organisasi itu hati Kamis (14/4/2023) mengatakan Iran telah mengeksekusi 582 orang tahun lalu, tertinggi sejak 2015 dan melebihi angka tahun 2021 yang mencapai 333.
Menurut kedua organisasi itu, eksekusi ditujukan untuk menimbulkan rasa takut di kalangan demonstran yang berunjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini.
Gadis Kurdi Amini, 22, meninggal dunia setelah mengalami koma akibat penyiksaan yang diterimanya dari aparat di Teheran saat mendekam dalam tahanan, karena dituduh mengenakan jilbab tidak sesuai dengan peraturan yang ada.
Menurut Iran Human Rights, sedikitnya 481 demonstran dibunuh oleh pasukan keamanan karena ikut ambil bagian dalam unjuk rasa yang marak di berbagai daerah di Iran.
AFP mengutip keterangan Mahmood Amiry Moghaddam, direktur IHR, yang mengatakan bahwa reaksi internasional terhadap hukuman mati terhadap pengunjuk rasa telah mempersulit Iran untuk terus melanjutkan eksekusinya.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sebagai gantinya dan untuk menyebarkan ketakutan di kalangan masyarakat, pihak berwenang mengintensifkan eksekusi bagi tersangka kasus non-politik. “Ini adalah korban eksekusi yang murah bagi Iran,” imbuhnya.*