Hidayatullah.com – Perdana Menteri entitas Zionis Benjamin Netanyahu berencana untuk memberlakukan tes lie detector atau pendeteksi kebohongan terhadap para pejabat tinggi politik dan militer menyusul serangkaian kebocoran informasi terkait perpecahan internal kabinet “Israel” ke media.
Menurut Channel 12 Israel, Netanyahu dilaporkan mengatakan kepada kabinet pada hari Minggu bahwa ada “berbagai kebocoran” yang tidak dapat ia biarkan. Gembong Zionis itu lantas mengumumkan pengerjaan sebuah rancangan undang-undang yang akan mengharuskan “setiap orang yang duduk di kabinet dan diskusi keamanan, termasuk jajaran politik dan profesional, untuk menjalani tes kebohongan”.
Langkah ini diambil setelah media “Israel” melaporkan adanya keretakan besar di dalam kabinet setelah pertemuan 4 Januari yang dilaporkan diwarnai dengan teriakan antara para menteri mengenai rencana militer untuk menyelidiki kegagalannya dalam serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu.
Dalam pertemuan tersebut, anggota-anggota kabinet beraliran sayap kanan secara verbal menyerang Kepala Staf Angkatan Bersenjata “Israel” Herzi Halevi yang hadir dalam pertemuan tersebut, dan para menteri lainnya turun tangan untuk membela Halevi. Netanyahu dilaporkan membatalkan dan membubarkan pertemuan tersebut setelah tiga jam.
Pertemuan tersebut pada awalnya direncanakan untuk menyelesaikan perpecahan yang berkembang di antara kabinet mengenai rencana untuk Gaza pasca-perang.
Baca juga: Presiden Turki: Netanyahu Tidak Beda dengan Hitler
Anggota kabinet sayap kanan Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich telah melobi untuk memindahkan penduduk Gaza ke luar negeri dan membangun kembali permukiman “Israel” di daerah kantong tersebut.
Rencana mereka sangat kontras dengan pesan dari pemerintahan Biden dan Menteri Pertahanan “Israel” Yoav Gallant, yang keduanya mengatakan bahwa warga Palestina di Gaza akan mengatur diri mereka sendiri pascaperang.
Setelah pertemuan kabinet tersebut, anggota kabinet perang Benny Gantz mengeluarkan sebuah pernyataan video yang menyerukan agar Netanyahu memilih “antara persatuan dan keamanan atau politik” sebagai upaya untuk menekan Netanyahu agar menyelesaikan masalah ini.
Ini adalah kedua kalinya Netanyahu menyerukan tes kebohongan sejak perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober lalu, dan dilaporkan membuat tuntutan yang sama setelah bocornya pertemuan pemerintah pada pertengahan November lalu.
Perang Zionis di Gaza, yang telah dirujuk ke ICJ oleh Afrika Selatan sebagai genosida, telah membunuh sedikitnya 22.835 warga Palestina – sebagian besar perempuan dan anak-anak dan melukai lebih dari 55.416 orang.*
Baca juga: Pertempuran Makin Sengit, Ratusan Ribu Warga ‘Israel’ Jadi Pengangguran