Hidayatullah.com– Dua anggota marinir Amerika Serikat yang ditempatkan di pangkalan militer di Okinawa, Jepang, diperiksa dalam kasus pemerkosaan, beberapa hari setelah otoritas setempat menggalakkan upaya untuk meredam tindak kejahatan seksual dan kriminalitas lain yang banyak dilakukan tentara AS.
Seorang marinir berusia 20-an tahun menjadi tersangka pemerkosaan atas seorang wanita Jepang di sebuah kamar mandi yang berada di dalam area pangkalan militer AS bulan lalu. Tersangka kedua, juga marinir berusia 20-an tahun, dituduh memperkosa seorang wanita di pangkalan militer AS pada bulan Januari, menurut laporan media seperti dilansir The Guardian Kamis (24/4/2025).
Kedua pria itu, yang namanya tidak dipublikasikan, sudah diserahkan ke pihak kejaksaan Jepang, lapor kantor berita Kyodo.
Tersangka pertama jiga dituduh melukai seorang wanita lain yang berusaha menghentikan tersangka saat terjadi serangan seksual itu.
Gubernur Okinawa Denny Tamaki, yang bersikap menentang kehadiran pangkalan militer AS di Jepang, mengutuk pemerkosaan yang sudah sering dilakukan oleh tentara AS, dan mendesak pihak berwenang Amerika supaya mengambil tindakan guna mencegah kasus serupa terulang kembali.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Jepang George Glass mengaku sangat prihatin dengan kabar tersebut.
“Kami sangat menghargai ikatan kepercayaan dan persahabatan yang sudah kami bina berpuluh tahun dengan tuan rumah Jepang, dan saya bertekad akan melakukan apapun yang saya bisa untuk mencegah tindakan-tindakan yang memungkinkan mengancam ikatan ini,” kata Glass, yang tiba di Jepang pekan lalu.
Okinawa, pulau subtropis di bagian selatan Jepang, menampung lebih dari separuh dari 47.000 tentara Amerika yang ditempatkan di Jepang dan dua pertiga dari pangkalan AS yang ada di negeri sakura itu.
Pada 2024, sebanyak 80 orang yang berkaitan dengan militer AS didakwa karena melakukan tindak kriminal di Okinawa. Sudah tiga personel militer AS divonis bersalah dalam kasus kejahatan seksual di Okinawa sejak Juni tahun lalu.
Pada tahun 1995 terjadi penculikan dan pemerkosaan atas seorang remaja putri berusia 12 tahun oleh 3 tentara Amerika. Sentimen anti-AS yang muncul akibat kasus itu memaksa Washington dan Tokyo membuat kesepakatan pengurangan jumlah tentara AS di negara itu.
Pada 2012, kedua negara sepakat untuk memindahkan 9.000 anggota marinir AS dari Okinawa ke lokasi lain, serta memindahkan pangkalan militer yang berada dekat perkampungan penduduk ke lokasi di pesisir yang jauh dari pemukiman. Namun pada praktiknya, hanya sekitar 100 marinir yang dipindahkan dari Okinawa, dan relokasi pangkalan tertunda akibat hambatan legal dan politik.
Amerika Serikat berdalih kehadiran tentaranya diperlukan untuk menangkal aktivitas militer China di perairan Laut China Selatan dan Timur, serta program misil balistik dan nuklir Korea Utara.
Pekan lalu, personel militer AS dan kepolisian Jepang melakukan patroli bersama di kelab malam yang populer di dekat pangkalan udara AS di Okinawa. Itu pertama kalinya kedua negara melakukan patroli bersama sejak 1974, dua tahun setelah pulau-pulau yang membentuk Prefektur Okinawa masuk ke dalam kendali pemerintah Jepang.*