Hidayatullah.com– Warga Tunisia yang ingin menunaikan ibadah qurban tahun ini menghadapi kesulitan, karena harga ternak melonjak tinggi. Sebagian dari mereka bahkan berpikir untuk berutang agar dapat menyembelih seekor domba.
“Situasi ekonomi sangat buruk. Semua harga naik berlipat ganda dan gaji saya tidak cukup sampai akhir bulan,” kata Ridha Bouzid, yang baginya berqurban seekor domba untuk keluarganya pada Idul Adha sangat penting sehingga dia berpikir untuk berutang agar dapat membelinya.
“Gaji saya hanya 950 dinar sebulan. Apa yang tersisa?” kata Bouzid, membandingkan harga seekor domba tahun ini 900 dinar ($290) dengan gajinya sebulan. Tahun lalu, harga seekor domba dengan ukuran yang sama 750 dinar, lapor Reuters Selasa (20/6/2023).
Di pasar Borj El Amri di Tunis, Khaled Frekhi melihat-lihat domba bersama seorang putrinya yang masih kecil yang duduk di atas pundaknya.
“Kami tidak mampu membayar harganya,” ujar Frekhi, terpaksa melupakan keinginannya untuk berqurban tahun ini.
Perekonomian Tunisia sudah buruk sejak sebelum pandemi Covid-19, dan semakin terpukul dengan krisis ekonomi global yang disebabkan penyakit baru itu.
Bagi petani, kesulitan finansial diperberat dengan gagal panen karena hujan tidak kunjung datang, membuat masalah ekonomi semakin parah. Tidak dapat mengatasi biaya-biaya yang melonjak tinggi, banyak peternak sapi perah menjual sapi mereka tahun lalu, menyebabkan kelangkaan pasokan susu selama berbulan-bulan.
Di Borj El Amri, petani Nabil Rhimi, 38, mengatakan bahwa kekeringan merusak seluruh tanaman gandum dan barley, sehingga dia harus membeli pakan untuk domba-dombanya, yang harganya setinggi langit dan sulit untuk dijangkau.
Dia telah memutuskan untuk menjual 200 dari 350 dombanya karena dia tidak mampu memberi makan mereka. “Jika situasinya memburuk, saya akan menjual semuanya,” katanya kepada Reuters.
Rhimi tidak sendirian. Pengurus serikat petani Farmers Union Khaled Ayari mengatakan bahwa Tunisia memasok 1,2 juta domba untuk Idul Adha tahun 2022. Namun, tahun ini hanya ada sekitar 850.000. Serikat menolak impor domba untuk melindungi para petani dan peternak, katanya.
Haithem Jouini, seorang petani muda yang mewarisi ternak ketika ayahnya wafat, sering berpikir untuk hijrah ke luar negeri.
“Saya tidak bisa hidup seperti ini… hati saya hancur. Mengapa pemerintah tidak dapat membantu kami? Rakyat menderita.”*