Hidayatullah.com—Kelompok ISIS/ISIL mempublikasikan foto-foto yang menunjukkan anggotanya sedang merusak apa yang disebutnya sebagai artefak-artefak yang dijarahnya dari reruntuhan kota kuno Palmyra di Suriah, lapor BBC Kamis (2/7/2015).
Enam patung yang ditunjukkan terlihat sedang dihantam dengan palu godam sementara kerumunan orang, termasuk anak remaja, menyaksikannya.
Kelompok bersenjata itu mengatakan patung-patung tersebut dirampas dari seorang penyelundup, yang dalam foto tampak sedang dicambuk sebagai hukumannya.
Direktur kepurbakalaan Suriah Maamoun Abdelkarim mengatakan hari Kamis bahwa kelompok ISIS telah menghancurkan sebuah patung berusia 2.000 tahun berbentuk sebuah singa dari reruntuhan kota kuno Palmyra.
Abdelkarim menyebut penghancuran patung setinggi 3 meter yang dikenal dengan sebutan Singa Al-Lat itu merupakan “tindakan kriminal paling serius yang telah dilakukan ISIS atas situs warisan budaya Palmyra.”
Sementara itu badan urusan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan barang-barang antik yang dicuri ISIS/ISIL dari situs-situs kuno di Iraq dan Suriah sebagian berakhir di tangan para kolektor di Inggris.
Direktur Jenderal Unesco Irena Bokova mengatakan kepada BBC bahwa penjarahan atas Palmyra dilakukan dalam skala besar dan bahwa militan ISIS/ISIL menggunakan jalur penyelundupan untuk menjual barang-barang tersebut guna membiayai ekstrimisme dan terorisme.
Namun, Bokova tidak memberikan bukti-bukti yang mendukung tuduhannya bahwa kolektor-kolektor Inggris membeli artefak-artefak semacam itu. Bahkan tuduhan itu dipertanyakan oleh seorang pakar dari dunia seni.
Sekitar 60% dari Kota Tua Aleppo di Suriah telah hancur akibat pertempuran antara pasukan pemerintah dan pendukungnya dengan pasukan kelompok-kelompok penentangnya. Sementara 20%dari 10.000 situs arkeologi Iraq saat ini berada di bawah kendali ISIS/ISIL.
Militan ISIS/ISIL menyerbu dan menduduki Palmyra akhir Mei kemarin, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan dihancurkannya situs yang menjadi salah satu Warisan Dunia Unesco itu, seperti yang dialami situs-situs kuno di Iraq.*