Hidayatullah.com– Rasio hewan domba dibanding manusia di New Zealand menurun menjadi di bawah lima banding satu untuk pertama kalinya sejak pencacahan populasi nasional dilakukan pada akhir tahun 1850-an.
Jumlah hewan ternak berbulu lebat yang jauh melebihi jumlah manusia penduduk New Zealand sejak lama menjadi guyonan di luar negeri.
New Zealand pernah mencapai rasio domba-manusia sangat tinggi di awal era 1980-an dengan 22 ekor domba untuk setiap manusia di negeri kecil itu.
Namun, seiring dengan berkurangnya permintaan wol di pasar internasional, jumlah domba di New Zealand terus menurun.
Data nasional yang dirilis pekan ini menunjukkan jumlah ternak domba mencapai 25,3 juta pada Juni 2022, menurun 400.000 atau 2% dibandingkan tahun sebelumnya, lansir The Guardian Selasa (23/5/2023).
Populasi manusia NZ diperkirakan sebanyak 5,15 juta. Dengan demikian, itu merupakan rasio domba-manusia terendah sejak 1850-an, ketika jumlah hewan domba nasional dicatat untuk pertama kalinya di NZ, kata Jason Attewell, manajer umum bidang ekonomi dan lingkungan di badan statistik Stats NZ.
Meskipun demikian, Attewell mencatat rasio domba-manusia di NZ masih lebih tinggi dibandikan Australia. “Hanya ada tiga domba untuk setiap orang Australia,” kata Attewell.
Harga wol global anjlok kurun dekade terakhir, rata-rata harga ekspor wol NZ hampir terpangkas setengah antara tahun 2013 dan 2021, dari $6,74 per kilogram menjadi $3,77. Di Inggris petani wol mengalami pukulan harga selama pandemi, di mana harga rata-rata yang didapat hanya 32p per kilogram wol – tidak cukup untuk menutup ongkos pencukuran bulu domba.
Beberapa waktu terakhir di New Zealand, semakin banyak petani domba yang menjual atau mengubah lahan mereka menjadi lahan hutan dengan prospek penjualan carbon offsets, yang sekarang menawarkan banyak pendapatan.
Laporan independen tahun 2022 yang dibuat atas permintaan kelompok advokasi Beef and Lamb NZ mendapati bahwa 175.000 hektar peternakan domba atau sapi dijual dengan maksud diubah menjadi kawasan perhutanan sejak 2017. Dalam kesimpulan laporan itu disebutkan bahwa hal itu menjadi faktor pendorong utama penjualan pertanian domba dari tahun 2020 sampai 2021, di mana sebanyak 39% lahan pertanian ternak diubah menjadi lahan perhutanan.*