Hidayatullah.com–Menurut sumber Palestina, pembantu Abbas, yaitu Abu Umar Shebli kemarin terpilih sebagai pemimpin baru Front Pembebasan Palestina (PLO).
Palestine Liberation Organization (PLO) atau dikenal dengan Organisasi Pembebasan Palestina atau Munazzamat At-Tahrir Filastiniyah dibentuk pertama kali tahun 1964 di Kairo sebagai wadah politik berbagai organisasi gerilya Palestina yang bercita-cita mendirikan sebuah negara Palestina yang demokratis dan sekuler, dengan jalan melenyapkan Israel.
Beberapa organisasi gerilya yang tergabung dalam PLO diantaranya Al-Fatah yang dipimpin Yasir Arafat dan menjadi ketua PLO sejak tahun 1969. Kemudian People’s Front for the Liberation of Palestine atau Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina disingkat PFLP yang dipimpin George Habash, seorang Kristen berpandangan Marxis, kemudian PDFLP, singkatan dari Popular Democratic Front for the Liberation of Palestine atau Front Rakyat Demokratik bagi Pembebasan Palestina, yang dipimpin Nayef Hawatmeh, seorang komunis yang condong ke Beijing, dan General Command atau Komando Umum PFLP pimpinan Ahmad Jibril, seorang pengikut almarhum Presiden Syria, Hafiz al Assad.
Peringatkan Israel
Sementara itu, sayap organisasi PLO, A-lFatah, Selasa (6/4) malam kemarin, memperingatkan bahwa apabila Israel membunuh Arafat, maka itu akan merupakan kesalahan politik yang bodoh dan pasti akan menjerumuskan Palestina dan Israel ke dalam kancah perang yang lebih serius, bahkan akan mencekik proses perdamaian Timur Tengah dan Israel akan membayar mahal untuk itu.
Sebagaimana diketahui, Israel berencana membunuh Presiden Palestina Yaser Arafat setelah kesuksesann membunuh pendiri Hamas, Syeikh Ahmad Yasin.
Menanggapi ancaman Israel itu, kemarin, Yaser Arafat menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak menghiraukan ancaman pembunuhan yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon tersebut.
Dalam wawancaranya dengan wartawan di Ramallah di tepi barat Sungai Yordan, Arafat mengatakan bahwa ia tidak menghiraukan ancaman Sharon, dan ia hanya memperhatikan nasib rakyat Palestina.
Kepala Biro Politik, yang sekaligus ketuan umum Hamas Khaled Misy’al menganggap bahwa ancaman baru yang dilakukan Sharon kepada Presiden Palestina Yaser Arafat, adalah “ancaman Israel kepada gerakan Hamas, yang mana bahwa ancaman kepada siapapun pemimpin Palestina maka itu adalah ancaman kepada kami, rakyat dan bangsa kami serta kepada faksi-faksi pejuang perlawanan.”
Misy’al mengatakan, “Sesungguhnya kami sedang membahas bersama negara-negara Arab dan faksi-faksi Palestina mengenai formula baru dalam rangka keikutsertaan kolektif dalam membuat keputusan Palestina.” Dia menjelaskan bahwa tidak akan perubahan pada sikap Hamas yang menolak ikut serta dalam pemerintahan Palestina dan institusi politiknya karena pemerintahan itu berdiri berdasarkan kompromi politik (dengan penjajah Israel) yang masih tetap ditolak oleh Hamas.” (cri/ipm)