Hidayatullah.com– Orang ketiga meninggal dunia di Argentina akibat penyakit pneumonia misterius yang sejauh ini telah menjangkiti 9 orang.
Dilansir BBC Jumat (2/9/2022), semua kasus itu berpusat di sekitar sebuah klinik swasta di Provinsi Tucuman di bagian barat laut Argentina.
Pihak berwenang mengatakan bahwa mereka sudah mencoret Covid-19 dan flu biasa sebagai penyebab infeksi di bagian paru-paru itu, tetapi masih terus menyelidikinya.
Tes terhadap sumber air setempat dan penyejuk udara juga dilakukan untuk mencari penyebab pneumonia misterius tersebut.
Korban ketiga tersebut adalah seorang wanita berusia 70 tahun yang dibawa ke rumah sakit untuk menjalani operasi.
Para dokter meyakini dia kemungkinan “pasien nol” yang mengalami infeksi pernapasan itu. Lainnya yang jatuh sakit dengan kondisi paru-paru terinfeksi seperti wanita itu adalah para staf medis di klinik tersebut.
Orang-orang yang kontak dekat dengan mereka sedang diperiksa lebih lanjut, tetapi tidak ada yang menunjukkan gejala sampai saat ini.
Penyakit misterius itu merenggut korban pertamanya di kalangan pekerja di klinik itu pada hari Senin dan korban kedua meninggal dua hari kemudian. Keduanya, seperti wanita berusia 70 tahun tersebut, memiliki kondisi kesehatan lain yang mendasarinya atau sebelumnya sudah memiliki penyakit lain.
Enam pasien pertama mulai menunjukkan gejala antara 18 dan 23 Agustus.
Luis Medina Ruiz, menteri kesehatan Provinsi Tucuman, hari Rabu mengatakan bahwa para pasien mengalami kondisi kesulitan bernapas yang parah disertai pneumonia … yang sangat mirip dengan Covid-19.”
Gejala termasuk demam tinggi, nyeri tubuh dan kesulitan bernapas.
Hector Sale, presiden Tucuman perguruan tinggi kedokteran, mengatakan kepada para wartawan, “Kita tidak sedang menangani penyakit yang disebabkan oleh penularan dari orang ke orang” sebab tidak ada kasus yang terindentifikasi di kalangan kontak dekat pasien manapun.”
Pan American Health Organization sedang memantau situasi bersama dengan otoritas kesehatan Argentina.
Prof Paul Hunter, profesor bidang kedokteran di University of East Anglia, mengatakan kepada BBC bahwa pada tahap sekarang ini masih sulit untuk mengetahui apa kiranya dampak dari penyakit itu.
“Hal-hal seperti ini terjadi dari waktu ke waktu. Seringkali mereka gagal begitu saja (tidak menyebar luas, red), tetapi tidak selalu. Terkadang mereka menyebabkan wabah lokal yang substansial atau sesuatu yang lebih besar.”
Prof Beate Kampmann dari The London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan dampak penyakit itu terhadap populasi yang lebih luas karen kasus-kasusnya sejauh ini masih terbatas pada klinik tersebut.
“Bisa jadi penyakit itu disebabkan oleh patogen baru atau yang sudah kita ketahui sebelumnya,” kata Kampmann.
Prof Sir Peter Horby dari Oxford University mengatakan ada banyak kabar tentang wabah Covid dimulai dengan infeksi pada petugas kesehatan yang melibatkan pneumonia berat.
Meskipun demikian dia menegaskan, “Masyarakat tidak perlu terlalu khawatir. Sebab, pasti ada penjelasan potensial lainnya.”
“Saat ini saya tidak terlalu khawatir tetapi saya akan mengawasinya seperti elang,” kata Horby, menegaskan pihaknya terus memantau situasi itu dengan seksama.*