DUHAI generasi muda nan mulia!
Sungguh, tak demikian adanya fakta “cinta”. Cinta dalam bentuk ketertarikan kepada lawan jenis hanya bagian dari gharizah nau’ (naluri melestarikan jenis). Karakter naluri hakikinya berbeda dengan kebutuhan hidup semisal makan atau bernafas. Naluri meski juga memiliki tuntutan untuk dipenuhi tapi sifatnya tidaklah mendesak dan mutlak. Jika tidak dipenuhi hanya akan menimbulkan kegelisahan bukan kematian.
Fakta bahwa betapa banyak orang yang hingga akhir hayatnya tak menikah membuktikan itu.
Anak-anak ku generasi dambaan umat!
Allah Subhanahu Wata’ala menganugrahkan gharizah nau’ yang salah satu penampakannya adalah rasa “cinta” dan ketertarikan pada lawan jenis untuk memuliakan dan menjaga keturunan kalian. Bukan untuk disalahgunakan. Apalagi hanya untuk merendahkan dan menghinakannya kalian sendiri.
Menikah justru untuk menjamin agar “cinta” menjadi penjaga harkat dan martabat kalian. Sebaliknya jika kalian menyalahgunakannya justru hanya merendahkan martabat dan hinalah kita.
Pesan Rasulullah yang pernah disampaikan Ibn Mas’ud RA, “Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu menanggung beban, hendaklah segera menikah. sebab, pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. siapa saja yang belum mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya.”
Wahai Pemuda, ingatlah! Allah berpesan;
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحاً حَتَّى يُغْنِيَهُمْ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
“Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An-Nur [24]: 32-33)
DUHAI generasi yang berkepribadian mulia!
Inilah seperangkat aturan dari Allah Subhanahu Wata’ala untuk memuliakan manusia dengan “cinta”.
Allah telah memuatnya dalam surat-surat cinta-Nya (al-Qur’an dan hadits) untuk umatnya yang dikirim melalui utusan-Nya (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam).
Salurkanlah kasih sayang dan “cinta” dengan cara yang benar dan diridhoi melalui pernikahan. Karena dari bingkai pernikahanlah akan terlahir anak-anak sebagai keturunan pelanjut generasi yang terjaga, terpelihara dan diridhoi Allah.
DUHAI pemuda, generasi peradaban!
Lembaga pacaran bukanlah cara penyaluran “cinta” yang benar dan diridhoi Allah, sebab pacaran tak akan mampu memelihara kesucian “cinta” aktivitas pacaran menyebabkan hadir dan terlibatnyasyetan, bukan Allah Subhanahu Wata’ala.
DUHAI generasi muda harapan umat!
Jagalah diri kalian. Jagalah hati kalian. Peliharalah “cinta” kalian agar tetap suci nan indah pada waktunya dan melahirkan “mitsaqon gholiza” (perjanjian yang kokoh), jalinan perjanjian setara perjanjian Allah dan Rasulnya.
Inilah media “cinta”yang menjadi wasilah lahirnya manusia-manusia baru dengan kepribadian kokoh penopang peradaban mulia.
Jadi manakah yang akan kita pilih? Ikutnya “kehadiran” Allah ta’ala atau keterlibatan syetan dalam hidup kita?
WAHAI Pemuda!
Di tengah kerusakan massal; pornografi, budaya pop, free sex, fenomena lesbian, homoseksual, pedopili dan kejahatan seksual di mana-mana, tetap teguhlah membawa agama ini meski berat.
Bersiaplah menjadi ‘orang asing’ di antara fenomena sistem yang rusak, itulah sesungguhnya ‘orang-orang asing yang beruntung”. Sebagaimana pesan Rasulullah yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, “Akan datang kepada manusia masa (ketika) orang yang bersabar menjalankan agamanya di antara mereka seperti memegang bara api.”
Semoga kita, semua keluarga dan keturunan kita senantiasa diberkahi dan dalam perlindungan Allah Ta’ala…*
Tertanda,
Syifaiyah, ibu rumah tangga dengan dua orang putra yang sedang gelisah